emosi
rasio
emosi
rasio
emosi
rasio
emosi
kenapa ga ditulis sebaris yah? kenapa emosi duluan?
kita butuh emosi untuk mulai bergerak dan berpikir..
dalam bergerak dan berpikir, yang digunakan adalah rasionalitas kita..
tapi ada kalanya, seseorang make emosinya terus bahkan dalam bergerak,
dan emosi (karena berasal dari adrenalin yang entah gimana reaksinya dalam tubuh) suka bikin otak jadi mampet dan ga bisa mikir..
suatu hal yang sebenernya simpel, gara2 emosi hal itu bisa jadi super-duper-hiper-mega-kompleks-banget.. saat kita ngeliat suatu hal sedemikian kompleks, emosi kita akan makin nuntun kita untuk bertindak membabibuta..
bebas2 aja sih, ga ada yang ngelarang..
tapi bayangin, kalo lu membabibuta, siapa yang akan seneng?
yang seneng adalah orang yang bikin lu sedemikian emosi, karena saat lu membabibuta (yah namanya juga buta, babi lagi!!) lu gampang banget untuk diarahin sesuai keinginan si pembuat emosi..
kalo tujuan doi bagus, ya nyantai aja..
tapi kita ga pernah tau isi pikiran orang lain..
so?
take it simple..
pake emosi secukupnya,
pake rasio untuk melihat dan mengolah, lalu bekerja lah dengan emosi lagi..
take it simple
-------------------------------------------------------------------------------------
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
MASUKKAN KEYWORD UNTUK MENCARI
DAILY QUOTE
KATEGORI
- humaniora (49)
- sosial (48)
- sekedar nyeplos (44)
- imajinasi (26)
- programming (18)
- sains (18)
- politik (11)
- sastra (11)
- quote (10)
- perjalanan (5)
- resensi (4)
- beranda (1)
- lirik (1)
TELAH TERTULIS
-
▼
2008
(60)
-
▼
September
(22)
- beda peraturan dan sastra
- tanggapan RUU pornografi
- pemimpin baru
- salah ngitung
- teh manis panas
- tragedi prasangka 19 sept 08 - input publik utk AM...
- usil banget - UU pornografi
- karakter
- jadi kangen tempat asal gw..
- birokrasi cupu
- teka-teki babakan siliwangi
- 5 gelas kopi hitam pekat
- aku
- mimpi
- alasan-tak-terdefinisi
- duapuluhdua
- berawal dari sebuah error
- mari bertanya sesat dimana
- seven
- take it simple
- gara-gara kucing
- september - not the rite time to die
-
▼
September
(22)
KOMENTAR TERBARU
KAWAN
- agra locita
- agung aswamedha
- alda andarathni
- alie murtopo
- andik oktamalandi
- anggia riksa ramadhan
- anita yuliana
- ardita fanisa
- aul
- ayu andakari amaradipta
- brilyan rosario - HIMAFI Unhas
- candra wana
- christine mariska
- desta rissasanti
- edes
- gilang satria prayoga
- gita ditya
- gumira wisnu
- harji wiga asmoko
- haruno subianto
- hendra jaya
- indah nurmawarti
- indra hayadi
- janes silaban
- mbakii
- nayasari aissa
- osi arutanti
- pena ganesha
- rani resanti
- rizky andriawan
- sawung
- septian setyoko
- shana fatina
- supermamam
- suryatriyastuti
- toru
- trisna utami
- tuppak bobby v s
- xenia madhuvidya
0 komentar:
Posting Komentar