bbm dan transportasi umum

Kamis, 30 Juni 2011
pacung, 29 juni 2011

tadi pas makan ga sengaja liat berita, tentang stok premium dan solar yang habis di beberapa tempat. terkait juga soal bensin premium yang ditujukan untuk orang2 ga mampu.

kenapa stok habis? karena permintaan lebih tinggi dari stok yang ada.
kenapa stok kurang banyak? mungkin karena mahal, ini jadi nyambung juga sama
kenapa subsidi dikurangi? yaitu karena harga terlalu tinggi dan pemerintah ga bisa ngesubsidi semuanya. sesuai hukum ekonomi, kalo permintaan banyak maka harganya akan naik.

misalnya gw punya duit bulanan 2,5 juta: trus gw nyicil motor baru per bulan 500ribu, 2 juta sisanya untuk makan sekeluarga dan sekolah anak. itu kan pas2an banget (mungkin malah kurang). ga akan mampu ngebayar keperluan2 lain. apa perlu pake bbm tanpa subsidi?

mungkin jawabannya: ya kalo pas2an gitu dan ga sanggup beli pertamaks mending ga usah beli motor karena itu konsekuensinya kalo beli motor baru.

dan mungkin akan dibales: gw butuh transport dan gw bisa penuhin kebutuhan transport itu dengan nyicil motor (toh DP-nya murah), tapi karena gaji gw pas2an banget maka gw bisanya beli premium.

jadi kalo premium ditujukan untuk orang2 ga mampu. apa parameter 'mampu' dan 'ga mampu'?

gw pikir berkutat di terminologi 'mampu' atau 'ga mampu' tuh ga nyentuh akar masalah sebenernya. itu cuma rembetan masalah yang kalo dibahas terus2an justru akan mempertajam masalah kesenjangan sosial.
gw berasumsi seperti di awal tadi, yaitu stok kurang dan subsidi dikurangi (karena terlalu mahal untuk stok uang negara) dipicu dari permintaan yang terlalu banyak.

untuk apa aja permintaan2 itu? jelas, industri. berikutnya karena pertumbuhan jumlah kendaraan motor yang melesat. ada kategori untuk industri kecil, menengah, besar. seharusnya ga ada masalah dengan pemberian kebijakan penggunaan bbm bagi ketiga kategori industri itu. yang jelas nyerempet orang banyak (dan sensitifitas status sosial) adalah masalah kendaraan bermotor.

jika permintaan bbm dari penggunaan kendaraan bermotor demikian tinggi, kenapa solusinya bukan dengan pembatasan penjualan kendaraan bermotor? kemacetan juga dipicu dari masalah ini. dengan membatasi penjualan kendaraan bermotor, permintaan bbm bisa ditahan untuk ga bertambah banyak lagi dan kemacetan bisa ditahan untuk ga nambah parah.

melesatnya penjualan kendaraan bermotor (khususnya motor) dipicu sama murahnya uang muka. apa ga bisa ada kebijakan yang ngatur besar uang muka untuk perusahaan2 penjual kendaraan bermotor?

setelah kendaraan bermotor mulai menurun peningkatan jumlahnya (bukan 'jumlah'nya, tapi 'peningkatan jumlah'nya), harusnya para pemangku kebijakan bisa bernafas sedikit lebih lega dan mulai ngurusin transportasi umum yang baik dan layak.

baik dan layak harus terkait dengan jumlahnya yang mencukupi kebutuhan para penggunanya (biar ga perlu maksa desak2an di dalemnya) dan rute yang menyelimuti semua titik (mungkin bisa diitung dari tempat mana pun selalu ada titik - mungkin halte atau stasiun - dalam radius paling jauh misalnya 500meter).

dengan demikian daripada capek nyetir sendiri ngelewatin macet dan ngeluarin duit utk beli bensin, orang2 akan mikir bahwa lebih enak naik kendaraan umum yang nyaman (sesuai kapasitas normal) dan tersedia dimana aja ga usah jauh2 nyari atau nunggu.

akhirnya jumlah permintaan bbm akan berkurang, subsidi bisa difokuskan untuk kendaraan umum - karena mayoritas orang akan menggunakan kendaraan umum - dan biar kendaraan pribadi menanggung bbm tanpa subsidi. dan kemacetan pun akan berkurang.

jadi bapak2 ibu2 yang (katanya) cukup bijak untuk bikin kebijakan dan sering nongol di tipi, ga usah permasalahin soal 'mampu' 'ga mampu', tapi beresin lah akar masalahnya: tutup kemungkinan adanya penambahan kendaraan bermotor (dengan pembatasan uang muka) dan perbaiki jumlah, kelayakan, cakupan (trayek) transportasi umum.

ini sekedar request dari seorang warga negara yang taat bayar pajak dan awam soal kebijakan2 dan beberapa saat lalu sering sumpek2an di kendaraan umum di tengah kemacetan karena terlalu banyak kendaraan dibanding luas jalan dan sekarang (setelah jauh dari ibukota (baik ibukota negara maupun ibukota propinsi)) bahkan susah untuk nyari kendaraan umum.

baca selengkapnya..






-------------------------------------------------------------------------------------

kutu loncat

pacung, 29 juni 2011

sering-sering lah keramas. lama ga keramas, rambut jadi keras, kutu pun berkembang bebas. dan ternyata serunya lagi, kutu pun bebas loncat kesana kemari termasuk ke sarung bantal dan ini yang nyusahin. biarpun udah keramas sering2, kalo di sarung bantal udah sampe ada kutunya, tetep aja si kutu akan loncat2 ke rambut dan bikin gatel lagi.

tapi tenang aja, bagi kalian yang jarang keramas, posting ini tidak akan cerita tentang kesengsaraan kalian garuk2 kepala. itu urusan masing2.

gw inget waktu di kampus. tentang tingginya wacana tentang betapa buruknya 'kutu loncat'. istilah bagi mereka-mereka yang sering pindah-pindah tempat kerja. dikisahkan tentang rendahnya loyalitas mereka, betapa oportunis mereka karena selalu nyari tempat-tempat baru yang lebih menguntungkan.

hmm..
manusia dan kutu..
kenapa ya istilah 'kutu' yang dipake untuk manusia-manusia pekerja yang 'nomaden' itu?

apakah istilah 'kutu loncat' juga bisa dipake untuk manusia purba yang hidup berpindah-pindah tempat? mereka pemburu, ketika mereka bermigrasi ke suatu tempat, pasti mereka nyari hewan buruan untuk dimakan. ketika jumlah hewan buruan mulai menipis (atau mungkin habis) mereka pindah ke tempat baru yang masih banyak 'stok' hewan buruan. setelah kenal pertanian baru deh mereka menetap dan bertani.

pasti ada suatu alesan kenapa analogi 'kutu' yang digunakan. coba kita liat kelakuan kutu.

kutu adalah parasit. dia cuma ngambil dan ngambil aja, dia ga ngasih keuntungan apa pun untuk kepala dan/atau sarung bantal yang dia tinggalin. dia kerja, nyari makan untuk dirinya sendiri. dan dari sudut pandang yang dihinggapinya, ada gangguan dalam bentuk gatal atau rambut rontok.

apakah pekerja di sebuah perusahaan juga begitu? mungkin. bisa aja. tergantung apakah dia cuma sekedar nyari gaji dan/atau ilmu tanpa ngasih keuntungan apa-apa untuk perusahaannya, atau malah kehadirannya malah ngerugiin perusahaan. itu balik lagi ke personalitinya. tiap orang punya alesan-alesan yang berbeda tentang perpindahannya. sehingga pastinya ga bisa digeneralisir bahwa mereka semua bisa dianalogiin sebagai 'kutu loncat'.

---

dengan asumsi bahwa tiap perusahaan pasti punya standar tertentu dalam pemberian tanggungjawab pada pekerjanya.

gimana dengan pekerja yang fokus pada peningkatan karirnya (sejalan dengan peningkatan gajinya) yang juga berarti peningkatan tanggungjawab di perusahaannya? maka berarti tujuan peningkatan karir (dan gaji) juga sejalan dengan baktinya (tanggungjawabnya) terhadap perusahaannya. dia pasti dianggap menguntungkan perusahaannya.

pada kasus kaya gitu, loyalitas akan otomatis terbentuk selama pemberian hak dan kewajibannya seimbang dan/atau visi si pekerja sejalan dengan visi perusahaannya. konteks loyalitas yang digunakan adalah ikatan profesionalisme (sesuai tuntutan di dunia kerja/profesi). yang akhirnya akan menerima tanggungjawab(jabatan/gaji) lebih tinggi adalah pekerja yang memiliki inisiatif lebih baik dari yang lain.

di contoh kasus itu, si pekerja akan pergi dari perusahaannya jika ternyata perusahaan menuntutnya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan idealisme/visinya atau jika si pekerja merasa hak yang diterimanya tidak sesuai dengan kewajiban yang diembannya terhadap perusahaan. hak bisa termasuk gaji/fasilitas, dan juga ilmu.

-

contoh kasus lain, seorang pekerja njalanin tugasnya tanpa inisiatif. tapi dia nyelesein kerjaannya sesuai request. tepat waktu, mungkin agak ngaret2 dikit, tapi selesai sesuai kehendak sistem, artinya kerjaannya beres, ga langsung fix tapi mungkin setelah beberapa perbaikan yang telah diuji oleh testernya. ga di atas standar, tapi ga di bawah standar, pas2an lah. dia kerja lumayan lama di perusahaan itu, tanpa kenaikan gaji (pasti ada lah bonus2 mah).

dia menuntut kenaikan gaji mengingat bahwa dia telah ada di sana sekian lama. untuk kasus ini, yang bisa jadi masalah adalah visi masing2. visi pekerja - bahwa kenaikan gaji harus dihitung dari durasi dia bekerja, tidak harus diikuti dengan kenaikan tanggungjawab. dan visi perusahaan, bisa jadi sesuai dengan visi pekerja tadi, atau bisa juga beda yaitu kenaikan gaji harus disesuaikan dengan kenaikan tanggungjawabnya untuk perusahaan itu.

kemungkinan orang itu akan pindah adalah karena perbedaan visi itu, setelah melewati negosiasi.

-

contoh kasus lain lagi, seorang pekerja yang kerjaannya harus dikejar-kejar terus sama pimpinannya karena dia terlalu lambat untuk perusahaan itu. bisa jadi karena pekerjanya emang lambat atau perusahaannya yang terlalu cepat, kembali lagi ini masalah standar yang dimiliki sama perusahaan itu. maka yang bisa jadi masalah adalah masalah kecocokan cara kerja, jika pekerja ingin bertahan di sana maka dia harus mempercepat cara kerjanya, atau perusahaan memang berhak memberhentikannya, sesuai etika profesional.

kemungkinan perpindahan si pekerja itu adalah karena dia mengundurkan diri untuk pindah ke perusahaan lain yang sesuai dengan gaya kerjanya.

atau kemungkinan lainnya adalah perusahaan memecatnya karena kecepatan kerjanya justru menimbulkan kekacauan pada sistem yang dimilikinya.

---

pada kemungkinan yang terakhir disebutin atas, baru deh analogi 'kutu' rasanya cocok untuk diterapkan:
1. kutu ga bermaksud dengan sengaja untuk ngerugiin manusia yang dihinggapinya, sama dengan si pekerja tadi yang ga bermaksud dengan sengaja untuk menghambat sistem kerja perusahaan.
2. kutu ga sadar bahwa dia ngeganggu dan dia ga ngerasa perlu pergi walaupun udah bikin gatel kepala manusia, sama dengan si pekerja tadi yang ga ngerasa perlu ngundurin diri walaupun udah ngehambat sistem kerja perusahaan.
3. akhirnya kutu diusir dari kepala dengan cara dikeramas, sama dengan si pekerja tadi yang diusir dari perusahaan dengan cara dipecat.

sampe sini bisa disimpulin bahwa pada kenyataannya, tiap perusahaan pasti ngambil keuntungan dari pekerjanya. dan pasti tiap pekerjanya juga ngambil keuntungan dari perusahaannya. jenis simbiosis ini kan termasuk mutualisme, jadi keliatannya analogi 'kutu' yang parasit ga bisa digeneralisir untuk sesuai dengan semua konteks pekerja yang berpindah-pindah tempat. analogi ini akan cocok untuk digunakan bagi pekerja yang berpindah-pindah karena dipecat dari tempatnya bekerja.

gimana pun juga
mau jadi seorang idealis yang berpindah tempat,
mau jadi seorang visioner yang berpindah tempat,
mau jadi seorang sadar lingkungan yang berpindah tempat,
mau jadi kutu yang berpindah tempat,
atau ga mau pindah pindah,
semuanya adalah pilihan.

baca selengkapnya..






-------------------------------------------------------------------------------------

petualangan bersama ADF dan JSF

Rabu, 22 Juni 2011


BUTUT (BUkan TUTorial).
entah bener entah salah, yang penting review dulu sebelom lupa :D

baru kenalan sama IDE Oracle JDev dan framework ADF.
jadi apa rupanya ADF itu? Application Development Framework. sebuah framework untuk mengembangkan aplikasi. aplikasi apa? yang lagi gw pelajarin sih pembuatan aplikasi enterprise, pake java ee. dimulai dari tampilan yang akan dilihat melalui web browser, dan berujung pada pengaksesan data di database.

ini adalah sebuah cerita melalui sudut pandang gw tentang sudut pandang ADF dalam mengembangkan sebuah aplikasi web.

di sebuah sisi yang gelap dan berbatu tersebut lah sebuah data di database, dia dikemas dalam sebuah model, boleh lah model ini kita sebut aja ApplicationModul (tidak mesti nama sebenarnya, tapi boleh aja. btw tadi 'model', sekarang 'modul'. bentar lagi 'modol' nih!). baiklah jika demikian, kita gunakan kesimpulan bahwa dia bernama 'ApplicationModol'.

sementara di sisi lain yang meriah dan menarik, yaitu sisi tampilan web browser ada sebuah halaman yang akan menampilkan tabel, atau form atau apa pun lah yang diharapkan dapat terhubung dengan data yang gelap di database. oke lah kita sepakatin aja, ada form untuk menginput data ke database.

yang jadi pertanyaan misterius, apa yang terjadi di antara mereka? siapa yang tega memisahkan (atau justru menyatukan??) mereka? sejauh yang gw perhatiin, gw curiga sebenernya ada pihak ketiga di antara mereka. boleh lah kita sebut dia DataBinding. memang luar biasa si DataBinding ini. gw curiga, sebenarnya dia lah otak dari kerangka kerja ADF.

---

di dalam DataBinding.cpx ada 'pageMap', yang tugasnya nge-list semua page yang akan dipake di dalem aplikasi, trus menyuruh sebuah 'usageId' untuk menyertai tiap halaman tersebut melalui salah satu divisinya, yaitu 'PageDefinitionUsage'. ada sebuah 'halamanPageDef' yang menumpang sama 'usageId' tadi.

berikut contoh kode yang ada di DataBinding.cpx:



kita (mungkin) bisa menganggap bahwa BC4JDataControl (atau kita singkat aja 'DataControl') adalah sebuah perwakilan dari ApplicationModol. dimana ApplicationModol (objek yang ada di dalam package ini.bukan.tutorial.applicationmodol.am) adalah integrasi dari objek entity dan objek view. objek entity adalah perwakilan dari objek (mungkin merujuk ke tabel) di database yang bisa digunakan dalam pengaksesan. sedangkan objek view adalah perwakilan dari field-field di tabel data.

---

sekarang dimana persisnya ada hubungan antara Halaman.jspx dengan class java? di atas tadi kita udah liat hubungan antara Halaman.jspx dengan HalamanPageDef.xml. nah ternyata class java (kita kasih nama aja Halaman.java) bisa berhubungannya sama HalamanPageDef.xml. hubungan ini diaturnya sama face-config.xml. apaan tuh face-config? ternyata itu adalah bantuan dari framework JSF (JavaServer Faces).

ada bagian 'managed-bean' yang fungsinya adalah ngehubungin HalamanPageDef.xml dengan Halaman.java, bagian ini bisa kita liat dari cuplikan kode di face-config.xml ini:



nah sampe sini, kita bisa bayangin tiap data dari input di Halaman.jsx akan dilarikan ke HalamanPageDef.xml oleh DataBinding.cpx. kemudian data itu diterusin sama si HalamanPageDef.xml ke Halaman.java untuk diproses lebih lanjut.

kemudian data dioper lagi ke DataControl di DataBinding.cpx (gw masih belom nemu gimana persisnya proses pelemparan data ini (gw curiganya ada koordinasi yang baik sekali antara JSF dengan ADF di bagian ini, tebakan gw melalui class ValueBinding dan/atau FacesContext (dari JSF) dengan class DCDataControl dan/atau BindingContainer (dari ADF)).

Kalau..
sekali lagi, kalau.. kerjasama antara JSF dan ADF tadi memang begitu adanya, maka kemungkinan besar DCDataControl lah yang akan meneruskan data ke objek entity ApplicationModol.



sampai di sini, data input dari Halaman.jspx di webbrowser udah sampe di ApplicationModol, dan siap diteruskan untuk meng-update database. sebelum transaksi dilakukan, terlebih dulu DataControl akan mengecek kesesuaian data yang masuk dengan data di database. misalnya, mungkin, apakah input sesuai dengan field yang ada di database, apakah semua field di database yang harus terisi sudah memiliki nilai inputnya masing2, dan seterusnya.

kalau udah oke, maka ApplicationModol yang akan melanjutkan amanah dari pengguna web browser itu untuk meng-update database.

---

sampe sini mungkin baik untuk kita inget lagi bahwa ApplicationModol terdiri dari object entity DAN object view. tadi object entity udah berperan, sekarang dimana peran object view? jangan2 makan gaji buta doang tuh mahluk??

tergantung. tergantung apakah si pengguna minta data di database untuk ditampilin di web browser atau ngga. biar ga magabut (makan gaji buta) akhirnya si pengguna minta data di database untuk ditampilin di webbrowser melalui HalamanLain.jspx.

di sini face-config berfungsi lagi. selain managed-bean, dia juga punya bagian navigation-rule yang tugasnya adalah membaca apa keinginan pengguna melalui sebuah variabel String dan kemudian menyiapkan HalamanLain.jspx untuk menampilkan sesuatu jika variabel String itu terpanggil.

ini cuplikannya dari face-config.xml:



ini artinya tiap ada nilai 'tambahData' disebut dari Halaman.jspx maka HalamanLain.jspx akan  ditampilkan setelahnya.

---

biasanya sih setelah nginput data, pengguna pengen liat keseluruhan data yang ada. maka tugasnya HalamanLain.jspx adalah untuk nampilin data dari database. tadi Halaman.jspx memiliki hubungan dengan DataBinding dan HalamanPageDef, dan begitu juga lah si HalamanLain.jspx. dia punya hubungan dengan HalamanLainPageDef.xml dan juga DataBinding.

tapi hubungan HalamanLainPageDef dengan DataControl di DataBinding.cpx adalah pada bagian view objectnya si ApplicationModol (HalamanPageDef berhubungannya sama object entity) karena tugasnya adalah menampilkan data.

skemanya kurang lebih sama dengan proses di awal tadi (input data), bedanya adalah jika pada saat input data, komponen yang ada di form pada Halaman.jspx menyampaikan data ke HalamanPageDef.xml, sedangkan pada penampilan data, komponen yang ada di tabel pada HalamanLain.jspx memanggil data dari HalamanLainPageDef yang akan memaksa HalamanLain.java untuk memanggil data dari DataBinding yang akan memerintahkan ApplicationModol untuk mengaktifkan object viewnya yang berisi query untuk memanggil data-data di database.

---



proses di atas kurang lebih disesuaikan dengan life cycle umum dari ADF:
1. initialiation
2. restore view
3. apply input request
4. update model value
5. validate model value
6. invoke application
7. render response

---

yang masih jadi pertanyaan adalah:
1. gimana persisnya hubungan class ValueBinding dan/atau FacesContext (dari JSF) dengan class DCDataControl dan/atau BindingContainer (dari ADF)?
2. bener ga sih semua yang gw tulis di atas? :D

baca selengkapnya..






-------------------------------------------------------------------------------------

ramahnya bali

Senin, 13 Juni 2011

pacung, 12 juni 2011

hari ketiga di bali. dari semua yang telah saya temui selama 3 hari di sini, yang paling menonjol menurut saya adalah betapa ramahnya manusia bali. mereka senang bercerita dan bercanda. mungkin karena saya tinggal di daerah pedesaan, dimana ga banyak orang asing yang tinggal dan menetap, memungkinkan masyarakat di sini untuk saling mengenal satu sama lain.

di setiap saya ketemu orang, hampir selalu saya ditanya nama dan asal usul. kadang diawali dengan obrolan2 ringan, kadang juga itu lah kalimat pertama yang ditanyakan.

mulai dari lingkungan baru di kantor (ya pasti lah!), pemilik tempat makan di samping kantor dan samping kos, bapak-bapak (saya udah lupa namanya :D) yang kemarin pagi berdiri di depan laundry, sampe ke supir angkutan umum singaraja-denpasar. semuanya nanya nama dan asal-usul dan dilanjutkan dengan cerita tentang pengalaman mereka.

dan yang baik lagi, mereka maklum dengan ketidaktahuan saya tentang adat mereka. dengan sabarnya mereka berusaha njawab tiap pertanyaan saya seputar upacara2, pemakaman, pura dan adat istiadat lain di bali.

---

yang cukup seru obrolan bareng supir angkutan umum (maaf pak, saya udah lupa nama bapak, banyak banget nama baru yang muncul di 3 hari ini). tentang seringnya terjadi perseteruan antar warga di bali. umumnya bukan perebutan kepemilikan lahan atau perebutan sumber air. tapi tentang kuburan. tiap desa punya daerah kuburannya sendiri. minimal ada 1 di tiap desa.

ada kejadian, seorang bali di suatu desa pergi merantau, dan dia ga pernah pulang. mungkin pernah tapi jarang banget. padahal menurut kebiasaan di sini, tiap orang yang pergi, baiknya sesekali kembali ke desanya, sekedar bertemu dan berbagi (dalam bentuk apa pun) dengan masyarakat desanya. kemudian tiba lah saatnya orang tersebut mengakhiri hidupnya.

keluarganya membawa jenazahnya ke desanya untuk dikuburkan. tetapi masyarakat desa lainnya melarang jenazahnya untuk dikuburkan di sana dengan alasan dia tidak mengikuti tradisi. sebagian beranggapan ini bagian dari karma, sehingga dia tidak layak untuk dimakamkan di tempat itu. dan keluarganya lah yang akhirnya menanggung karmanya, keluarganya yang berusaha memenuhi tradisinya (dengan menguburkan anggota keluarga mereka di desa itu) dan bertentangan dengan penolakan masyarakat lainnya. kasus seperti ini akhirnya diserahkan kepada pemuka agama. hasilnya bisa berbeda2, ada yang tetap tidak diijinkan, ada juga yang akhirnya diijinkan.

sampe sini mungkin ada pembaca yang bingung, emang di bali pake kuburan? bukannya menurut adat bali biasanya mayat dikremasi?

ternyata, dalam konteks ini, yang dimaksud kuburan adalah tempat dilakukannya kremasi. wilayah kuburan bisa jadi hanya berukuran 2x2 meter (untuk satu desa). yah, karena emang ga butuh tempat banyak-banyak, selama bisa mencukupi ruang untuk dilaksanakannya upacara kremasi.

yang unik lagi di sini, di tiap kuburan biasanya ada pohon beringin. bukan kuburan yang ditempatkan di dekat pohon beringin. justru sebaliknya, pohon beringin tiba2 tumbuh di wilayah kuburan, tanpa ditanam dengan sengaja.

konteks kremasi dan kuburan sebagai tempat dilakukannya kremasi ternyata hanya salah satu (bukan satu2nya) cara pelepasan jiwa orang mati. untuk daerah di sekitar pura, dilarang ada pembakaran mayat untuk menghindari masuknya abu hasil pembakaran ke dalam pura. menurut sang supir, jika di desa itu ada pura, maka pembakaran akan dilakukan jauh dari pura. tapi ada juga masyarakat bali yang tidak melakukan kremasi: ada yang dengan penguburan, ada juga yang ditinggal begitu saja di dalam goa (seperti di trunyan).

---

contoh satu keramahan lagi dari orang bali, kadang angkutan umum ga mbawa penumpang dari terminal sampai terminal. kalo penumpangnya sedikit, mereka lebih suka berhenti dan ngetem atau balik ke terminal asal, dan mengoperkan penumpangnya ke angkutan lain. ini mungkin hal biasa.

yang menurut saya ga biasa adalah, si supir merasa bertanggungjawab sampai penumpangnya berhasil mendapatkan angkutan untuk melanjutkan perjalanannya. dia akan nyariin angkutan, kadang meminta ijin dulu sama penumpangnya untuk keluar dari mobil dan nyariin mobil yang bisa ditumpangi, dan sang penumpang diminta untuk menunggu sebentar, boleh tetap di dalam mobil. setelah dapat angkutan lain, si supir ngasih tau penumpang tadi mobil apa yang harus dinaiki setelahnya.

begitu juga waktu saya mau pulang, di terminal ubung (utaranya denpasar), begitu sampe sana langsung disamperin sama kenek2 angkutan. "kemana mas? surabaya? gianyar? gilimanuk?". saya jawab singkat "baturiti." niat awalnya biar dia sekedar pergi dan ga usah nawar2in lagi. ternyata dia langsung teriak ke kerumunan orang di sekitar sana "ada yang baturiti ga?" trus kerumunan orang itu teriak lagi ke arah kerumunan lain "oi baturiti nih", dan setelahnya seorang bapak2 datang. si kenek yang tadi nyamperin saya langsung bilang ke saya, "ini supirnya yang ke baturiti, ikut dia aja".

selama teriak2an antar kerumunan itu berlangsung, dia terus ada di samping saya, dan setelah 'prosesi serah terima' tersebut, dia baru pergi kembali ke kerumunannya.

sebenernya mungkin bisa menyenangkan berangkutan umum di bali. tapi sayangnya ga semua tempat dilalui angkutan umum. terutama di dalam kota, hampir ga ada angkutan umum. penyewaan motor juga banyaknya di tempat wisata (tadinya saya kira ada dimana2 termasuk di desa pacung (baturiti) atau ada lah di sekitar terminal ubung (terminalnya denpasar)). jadi mau ga mau mesti jalan kaki atau naik ojek atau nyicil motor.

baca selengkapnya..






-------------------------------------------------------------------------------------

bali first day



pacung, 10 juni 2011

dijemput sama supir ugal (ugal2an bener) , pak koming, yang udah 11 tahun kerja di balicamp. ugal2an bener, ga doyan jalan di jalur kiri, sukanya kalo ga di tengah ya di jalur kanan, sampe diteriakin orang mlulu.

di jalan, udah deket balicamp, tiba2 jalan macet bgt. seperti biasa sang supir ugal seolah-olah ga kena macet, langsung ambil jalur kanan maksa mobil/motor yang berlawanan arah untuk minggir. "ini daerah saya.", katanya. pas kebetulan lagi jalan di jalur kiri, sang supir ugal ketemu temennya, nanya tentang penyebab macet yang ga biasanya ini. dijawab sama temennya "hati2 pompa meledak!" sambil teriak.

di depan ada pom bensin. rame banget. banyak polisi, ada gegana. kita langsung lewat karena takut kalo sewaktu2 pom bensin meledak - biarpun masih blom tau ada apa sebenernya di sana.

sampe balicamp. jaraknya cuma beberapa meter dari pom bensin itu. nyampe sana nitip tas, langsung jalan2 :D foto-foto, gile tempatnya sama sekali ga kaya kantor. bener2 seperti villa.

begitu masuk langsung disambut sama kandang burung gede bener, masuk sedikit lagi langsung disambut sama amphiteater, setelah turun tangga amphi baru deh sampe di ruang kerja admin dan bos2, yang ky rumah peristirahatan (tanpa tempat tidur). turun lagi, isinya ruang2 kerja developer - kebagi 2 ruangan : tim arium dan tim pegadaian (dua unit project yang lagi dikerjain saat ini).

turun ke bawah lagi ada satu ruangan lagi milik tim pegadaian (yang di atas ga muat). ada meja makan bersama. turun ke bawah lagi ada meja pingpong. ke bawahnya lagi sampe di luar, ada kolam renang. dalemnya kira2 170an senti.

turun lagi dari sana ada modul2 kecil yang biasanya dipake sama developer2 untuk ngerjain proyek tertentu (kalo ruang kerja di atas udah penuh). tapi sekarang karena jumlah programmer yang sedikit, semua ruang di atas masih bisa mencukupi kebutuhan ruang, akhirnya modul2 kecil di luar itu ga kepake.

kata satpamnya jaman dulu pas lagi banyak programmer di sini, tiap modul naikin bendera. jadi dari jauh bisa keitung balicamp lagi ngerjain berapa proyek dengan ngeliat jumlah bendera yang dikibarin dari semua modul. seru gila! berasa benteng takeshi.

akhirnya setelah muter2 dan foto2 (foto belom bisa diupload karena ternyata kabel data henfon gw rusak), gw ke atas lagi untuk ketemu sama project manager yang akan jadi supervisor gw. si supir ugal dipanggil lagi sama beliau untuk nemenin gw cari kos. dapet kos persis di samping balicamp dengan harga sama dengan harga kosan pertama gw di bandung dulu.

cepet bgt urusan nyari kos ini. pak koming, yang emang orang sana dan kenal semua orang di sana (ngakunya sih gitu), langsung ngusulin 2 lokasi, gw pilih yang kedua: kamar lebih luas, lebih bersih. pemiliknya ada di warungnya di bawah, beberapa meter dari kosannya. begitu sampe si ibu pemilik kos langsung bilang ada 2 kamar, yg kamar mandi luar dan kamar mandi dalem, kamu mau yang mana? "yang di luar aja bu" ok yaudah, tu kuncinya di pak koming ya, bayarnya bisa sekarang atau besok atau lusa. trus udah deh. gw langsung udah punya kosan :D

beres2 bentar, terus makan, terus balik lagi ke balicamp. setelah perkenalan dengan semua orang yang ada di sana (ditemenin sama pak gede - pm gw) gw dibebasin mau balik ke kos atau stay liat2 di sana. akhirnya gw di sana utk nyari tempat, nyobain suasana kerja, nyobain internet, sambil kenalan lebih lanjut sama programmer2 di sana.

setelah nanya2 tentang project yang akan gw kerjain, dikasih tau tentang framework yang akan dipake nantinya, trus mulai nyari2 referensi dan instaler yang diperluin.

ga lama setelah itu rupanya ada upacara penyambutan untuk orang2 yang baru gabung. yaitu kenalan dengan kedalaman kolam renang dan ngukur seberapa dingin air dan udaranya (baca: diceburin ke kolam). luar biasa dinginnya, tapi seru gila hahaha. ada 8 trainee (termasuk gw) yang dapet kesempatan utk ikut di upacara itu.

suasananya akrab banget, sampe pak gede juga ikutan di sana motret2 sambil ketawa2 (bahkan dia yang pertama kali nyinggung tentang 'upacara' ini secara implisit ke gw sambil cengar cengir dan disambut dengan tatapan dan senyuman jahat dari semua programmer di sana).

upacara selesai, untung gw udah bawa baju ganti, mandi, trus balik ke ruang kerja. nglanjutin donlot dan nginstal2. ga kerasa ternyata udah jam 7. menurut kesaksian trainee2 yang udah duluan ada di sana, di balicamp bebas nginep, mau pulang silakan kalo ga juga gapapa. akhirnya gw jadi kuncen, yang pulang paling terakhir :D trus pas pulang nanya sama satpam yang jaga "pak, kalo nanti malem saya ga bisa tidur trus balik ke sini lagi boleh ga?" dia jawab "boleh, silakan aja, bebas."

trus gw jalan2 dikit, nyari makan. bapak warung (lupa nanyain namanya) lagi nonton tvri pidato sby tentang pembukaan pesta kesenian bali. sekalian nanya soal kejadian siang tadi di pom bensin.

ternyata ada orang naro bungkusan kardus di sana, katanya bungkusannya berat, susah diangkatnya. orang2 begitu sadar langsung panik dan nelpon polisi dan gegana. ternyata isinya kertas2 dan pompa air. entah apa maksudnya itu. yang pasti orang2 sini masih trauma dengan kasus bom bali. dan sebagian orang langsung mengkaitkan kejadian ini sama datengnya sby untuk mbuka pesta kesenian bali. entah. yang pasti gw ikut ngeri.


baca selengkapnya..






-------------------------------------------------------------------------------------