maaf

Rabu, 07 Agustus 2013
prinsip 'no regrets' mbentuk mindset gw untuk selalu ga menyesali apa yang udah gw lakukan. selalu berusaha memanfaatkan yang udah terjadi itu untuk jadi bekal keesokan hari. menjalani konsekuensi demi konsekuensi. membiasakan diri untuk mengedepankan sisi positif dari yang telah terjadi tersebut, secara ga sadar bikin gw 'menghilangkan' negatifnya, demi memperkuat alasan untuk 'tidak menyesal'. selalu mencari pembenaran?

dengan mengasumsikan semua hal yg gw lakukan adalah udah ngelewatin pertimbangan matang tentang baik-buruknya, maka semua yang telah dilakukan dan telah terjadi tersebut pastilah yang terbaik. terbaik pada waktunya. tapi ada kalanya pertimbangan2 tersebut kurang mencakup aspek atau wawasan yang lebih luas. dan ada kalanya asumsi tersebut tidak dijalankan.

menjalani konsekuensi. dengan prinsip yang sama, no regrets. dan siklus akan berulang.

membiasakan diri seperti demikian, ada positifnya, ada negatifnya. positifnya, akan selalu berani menjalankan tiap konsekuensi, karena meyakini apa yang kita lakukan adalah tepat. tapi ada negatifnya, yaitu berkurangnya introspeksi diri.

pasti ada salahnya. meski tidak disengaja, kesalahan, terutama kesalahan yang dilakukan kepada orang lain, bisa menyakiti perasaan. dan itu melenceng dari salah satu prinsip yang ingin dikejar, yaitu 'tidak mengganggu dan tidak ingin diganggu'. walau tidak disengaja, kesalahan itu bisa mengganggu.

kadang kala, kata maaf tetap diperlukan. bukan saja kepada orang lain, tapi juga kepada diri sendiri. tetap berintrospeksi. dan terima saja kenyataan bahwa kadang kala 'regrets' tetap diperlukan.

maaf.

baca selengkapnya..






-------------------------------------------------------------------------------------