dunia dan irisannya

Sabtu, 27 Februari 2010
jari2 menghentak tombol demi tombol di sebuah papan, pikiran entah ada dimana posisinya. bisingnya bahasa yang berseliweran seakan teriak-teriak di kuping dan ninggalin dengungan harmonis di kepala. dengan hal yang sama terus menerus, jelas pada akhirnya tiap keadaan yang demikian akan sampai pada titik saturasinya.

saat itulah terbersit sebuah keputusan untuk beranjak nyari suasana yang berbeda. dan keluarlah aku nyari keheningan untuk ngelepasin semua penat. nyari keheningan, suasana tenang dan santai sambil menikmati tiap momen yang terlewati sambil bercanda, bergurau, dan tertawa.

apa mau dikata, ternyata tempat yang dituju, yang seolah menyiratkan kedamaian dan keheningan yang aku cari justru jadi pemicu suasana yang tidak menyenangkan. teriakan-teriakan berseliweran dari berbagai penjuru, makin mengeraskan dengungan di kepala. nada-nada tinggi merajalela. perintah demi perintah saling bersambut. buset, makin sakit aja kepala ini, makin panas, makin berdenyut dan siap meledak.

akan jauh lebih baik kembali ke posisi awal dimana suara teriakan, letupan kemarahan, dan kebisingan yang kurasa hanyalah berada di alam khayal. ya, memang di sini selalu kudapat keheningan yang kucari. di sini kudapat kedamaian yang kucari.

tiap orang punya dunianya masing2. tiap orang punya kegiatannya masing2. tiap orang punya masalahnya masing2. tiap orang punya kejenuhannya masing2. tiap orang punya kenyamanannya masing2. ga ada yang bisa nyatuin 2 dunia (dari dua orang). yang paling jauh bisa dilakukan adalah membuat irisan antara 2 dunia.

jelas bukan keinginanku kalo aku ga bisa berada dalam kerumunan orang yang saling berteriak. bising, ga kuat kepalaku nerimanya. aku suka melihat kerumunan dari jauh, aku suka mengomentari kebisingan dari jauh. aku selalu beranjak dan nemuin kenyamananku saat berada di suatu posisi yang relatif sunyi dan bisa melihat keramaian.

keramaian itu bisa jadi stimulus bagi kreativitasku untuk berkembang. atau bisa juga jadi stimulus bagi ketenangan yang coba kuraih. tapi keramaian itu hanya bisa jadi stimulus ketika aku tidak berada di dalamnya.

inilah duniaku. silakan untuk mengartikannya sebagai 'dunia dalam keterasingan', 'atau dunia tanpa eksistensi' atau istilah lain, suka2 lah. mau dibilang apa juga aku tetap jadi aku yang begini. yang pasti irisan yang paling jauh bisa kuterima adalah sejauh batas toleransi duniaku.

baca selengkapnya..






-------------------------------------------------------------------------------------

siklus, energi dan entropi

Selasa, 02 Februari 2010
setelah sekian lama keliling dan melolong ke seluruh penjuru dunia, tampaknya sekarang saat yang tepat untuk balik ke hutan lagi. duduk di tengah hutan, di tepian sungai sambil nyelupin kaki ke air yang ngalir, ngerasain partikel angin yang semilir berhembus bersandar pada sejumlah besar kisi segi enam, mandangin hijau-hijauan yang bersenda gurau satu sama lain, mbayangin bahwa kehidupan sesungguhnya berjalan diskrit jika didekati tanpa unsur emosi, bahwa keserbamungkinan yang disediakan oleh sang pencipta dapat didekati dengan melihat energi yang terkandung di dalam sistem tertentu itu, bahwa hutan hijau ini memiliki sifat tertentu yang harus dipertimbangkan jika ingin mengubah aspek fungsionalnya demi kepentingan lain yang katanya demi kemajuan dan teknologi, dan bahwa teknologi erat kaitannya dengan material dan sifat-sifatnya terutama yang berkaitan dengan kelistrikannya..

yah, di hutan ini aku hanya mengamati dan membayangkan bagaimana alam ini bekerja. aku sendirian dalam hutan ini, dan oleh karenanya otakku leluasa untuk bergerak bebas.

mbayangin lagi waktu-waktu yang udah terlewati kemarin, selama masa distraksi, seketika aku mbayangin keterkaitan antara motif sistem dengan tingkat kekacauan yang akan dihasilkannya. sesuai bunyi hukum 2 termodinamika yang menyatakan bahwa pada suatu sistem terisolasi entropi (kekacauan) nya akan meningkat mendekati maksimum, yang konsisten dengan hukum pertamanya yang menyatakan bahwa energi yang dimiliki sistem tersebut adalah penjumlahan dari semua energi yang dimasukkan ke dalamnya dengan kerja yang dilakukan kepada sistem itu.

kita artiin 'sistem terisolasi' sebagai sistem yang memiliki energi, dapat menerima energi dari luar, dan tidak melepaskan energi ke lingkungannya.

----------

sekarang kita misalkan sistemnya adalah diri sendiri dan kita andaikan pikiran sebagai partikel yang menyusun keberadaan diri. diri kita adalah bagian kecil dari lingkungan kita (anggaplah lingkungan sosial). terjadi berbagai hal di lingkungan kita maka secara otomatis kita menerima energi (bisa berupa informasi atau emosi). energi itu masuk ke dalam diri kita sehingga energi (informasi atau emosi) dalam diri kita bertambah dan secara alamiah pikiran kita akan bekerja terus menerus sesuai kandungan energi yang dimilikinya.

jika kita menempatkan diri kita sebagai sistem yang terisolasi, bisa kita bayangin pikiran dan emosi yang terus menerus berproses dan bergolak dan berkutat di dalam sistem saja (seputar diri sendiri) lama kelamaan akan menghasilkan entropi (kekacauan) yang makin lama makin tinggi.

apa yang bisa terjadi kemudian?

kita tau energi ga bisa dibuat dan ga bisa dihilangkan. energi akan ngalamin perubahan bentuk. sekarang kita bayangin balon. kalo bagian dalemnya diisi energi tertentu (ga ada energi yang keluar dari balon) lama-lama energi itu akan berubah jadi panas yang akan bikin balon ngembang sampe ukuran maksimalnya dan ikatan pembentuknya ga sanggup untuk nahan tekanan panas sehingga meledaklah balon itu.

diri kita juga punya toleransi tertentu terhadap tekanan. diri kita cukup fleksibel sampai batas toleransi tersebut. dan jika batas toleransi itu terlewati, jangan salahkan alam jika diri kita akhirnya meledak kaya balon tadi.

kasihlah energi kita ke lingkungan. pastikan tiap input energi yang masuk ke dalam sistem diri kita diolah secukupnya dan ada output kembali ke lingkungan kita. biarkan tiap perpindahan energi memiliki sirkulasi yang baik. kita terima informasi atau emosi dari lingkungan, kita olah, dan kita berikan lagi informasi atau emosi ke lingkungan.

--------

dengan konsep yang sama, kita bisa bayangkan hal serupa jika 'sistem'nya adalah organisasi dan 'lingkungan'nya adalah kondisi luar yang menaungi organisasi itu. dan 'partikel' penyusun sistemnya adalah tiap individu di dalam organisasi itu.

atau jika 'sistem'nya adalah kekerabatan, 'lingkungan'nya adalah kondisi sosial, yang lebih luas, yang melingkupi kekerabatan itu. dan 'partikel'nya adalah tiap individu di dalam kekerabatan itu.

atau jika 'sistem'nya adalah negara, 'lingkungan'nya adalah dunia. dan 'partikel'nya adalah semua manusia yang hidup di dalam negara itu.

--------

lingkungan memberi energi ke dalam sistem. energi tersebut menggerakkan partikel dalam sistem. jika energi ga dikeluarkan maka akan mengacaukan partikel sehingga membuat sistem jadi panas dan meningkatkan tekanan dalam sistem. jika energi dikeluarkan dengan baik maka tingkat entropi dapat terkontrol dan kemudian bisa disesuaikan untuk tujuan tertentu dengan baik.

--------

gimana contoh ngelepas energi ke lingkungan? gw coba jawab dengan menggeneralisir perkataan john f kennedy:

" jangan tanyakan apa yang bisa sistem terima dari lingkungannya, tapi tanyakan apa yang bisa sistem lakukan bagi lingkungannya "

dan dengan mengingat bahwa sistem ditentukan oleh partikel dan kandungan energi yang dimiliki oleh partikelnya.

baca selengkapnya..






-------------------------------------------------------------------------------------