ramahnya bali

Senin, 13 Juni 2011

pacung, 12 juni 2011

hari ketiga di bali. dari semua yang telah saya temui selama 3 hari di sini, yang paling menonjol menurut saya adalah betapa ramahnya manusia bali. mereka senang bercerita dan bercanda. mungkin karena saya tinggal di daerah pedesaan, dimana ga banyak orang asing yang tinggal dan menetap, memungkinkan masyarakat di sini untuk saling mengenal satu sama lain.

di setiap saya ketemu orang, hampir selalu saya ditanya nama dan asal usul. kadang diawali dengan obrolan2 ringan, kadang juga itu lah kalimat pertama yang ditanyakan.

mulai dari lingkungan baru di kantor (ya pasti lah!), pemilik tempat makan di samping kantor dan samping kos, bapak-bapak (saya udah lupa namanya :D) yang kemarin pagi berdiri di depan laundry, sampe ke supir angkutan umum singaraja-denpasar. semuanya nanya nama dan asal-usul dan dilanjutkan dengan cerita tentang pengalaman mereka.

dan yang baik lagi, mereka maklum dengan ketidaktahuan saya tentang adat mereka. dengan sabarnya mereka berusaha njawab tiap pertanyaan saya seputar upacara2, pemakaman, pura dan adat istiadat lain di bali.

---

yang cukup seru obrolan bareng supir angkutan umum (maaf pak, saya udah lupa nama bapak, banyak banget nama baru yang muncul di 3 hari ini). tentang seringnya terjadi perseteruan antar warga di bali. umumnya bukan perebutan kepemilikan lahan atau perebutan sumber air. tapi tentang kuburan. tiap desa punya daerah kuburannya sendiri. minimal ada 1 di tiap desa.

ada kejadian, seorang bali di suatu desa pergi merantau, dan dia ga pernah pulang. mungkin pernah tapi jarang banget. padahal menurut kebiasaan di sini, tiap orang yang pergi, baiknya sesekali kembali ke desanya, sekedar bertemu dan berbagi (dalam bentuk apa pun) dengan masyarakat desanya. kemudian tiba lah saatnya orang tersebut mengakhiri hidupnya.

keluarganya membawa jenazahnya ke desanya untuk dikuburkan. tetapi masyarakat desa lainnya melarang jenazahnya untuk dikuburkan di sana dengan alasan dia tidak mengikuti tradisi. sebagian beranggapan ini bagian dari karma, sehingga dia tidak layak untuk dimakamkan di tempat itu. dan keluarganya lah yang akhirnya menanggung karmanya, keluarganya yang berusaha memenuhi tradisinya (dengan menguburkan anggota keluarga mereka di desa itu) dan bertentangan dengan penolakan masyarakat lainnya. kasus seperti ini akhirnya diserahkan kepada pemuka agama. hasilnya bisa berbeda2, ada yang tetap tidak diijinkan, ada juga yang akhirnya diijinkan.

sampe sini mungkin ada pembaca yang bingung, emang di bali pake kuburan? bukannya menurut adat bali biasanya mayat dikremasi?

ternyata, dalam konteks ini, yang dimaksud kuburan adalah tempat dilakukannya kremasi. wilayah kuburan bisa jadi hanya berukuran 2x2 meter (untuk satu desa). yah, karena emang ga butuh tempat banyak-banyak, selama bisa mencukupi ruang untuk dilaksanakannya upacara kremasi.

yang unik lagi di sini, di tiap kuburan biasanya ada pohon beringin. bukan kuburan yang ditempatkan di dekat pohon beringin. justru sebaliknya, pohon beringin tiba2 tumbuh di wilayah kuburan, tanpa ditanam dengan sengaja.

konteks kremasi dan kuburan sebagai tempat dilakukannya kremasi ternyata hanya salah satu (bukan satu2nya) cara pelepasan jiwa orang mati. untuk daerah di sekitar pura, dilarang ada pembakaran mayat untuk menghindari masuknya abu hasil pembakaran ke dalam pura. menurut sang supir, jika di desa itu ada pura, maka pembakaran akan dilakukan jauh dari pura. tapi ada juga masyarakat bali yang tidak melakukan kremasi: ada yang dengan penguburan, ada juga yang ditinggal begitu saja di dalam goa (seperti di trunyan).

---

contoh satu keramahan lagi dari orang bali, kadang angkutan umum ga mbawa penumpang dari terminal sampai terminal. kalo penumpangnya sedikit, mereka lebih suka berhenti dan ngetem atau balik ke terminal asal, dan mengoperkan penumpangnya ke angkutan lain. ini mungkin hal biasa.

yang menurut saya ga biasa adalah, si supir merasa bertanggungjawab sampai penumpangnya berhasil mendapatkan angkutan untuk melanjutkan perjalanannya. dia akan nyariin angkutan, kadang meminta ijin dulu sama penumpangnya untuk keluar dari mobil dan nyariin mobil yang bisa ditumpangi, dan sang penumpang diminta untuk menunggu sebentar, boleh tetap di dalam mobil. setelah dapat angkutan lain, si supir ngasih tau penumpang tadi mobil apa yang harus dinaiki setelahnya.

begitu juga waktu saya mau pulang, di terminal ubung (utaranya denpasar), begitu sampe sana langsung disamperin sama kenek2 angkutan. "kemana mas? surabaya? gianyar? gilimanuk?". saya jawab singkat "baturiti." niat awalnya biar dia sekedar pergi dan ga usah nawar2in lagi. ternyata dia langsung teriak ke kerumunan orang di sekitar sana "ada yang baturiti ga?" trus kerumunan orang itu teriak lagi ke arah kerumunan lain "oi baturiti nih", dan setelahnya seorang bapak2 datang. si kenek yang tadi nyamperin saya langsung bilang ke saya, "ini supirnya yang ke baturiti, ikut dia aja".

selama teriak2an antar kerumunan itu berlangsung, dia terus ada di samping saya, dan setelah 'prosesi serah terima' tersebut, dia baru pergi kembali ke kerumunannya.

sebenernya mungkin bisa menyenangkan berangkutan umum di bali. tapi sayangnya ga semua tempat dilalui angkutan umum. terutama di dalam kota, hampir ga ada angkutan umum. penyewaan motor juga banyaknya di tempat wisata (tadinya saya kira ada dimana2 termasuk di desa pacung (baturiti) atau ada lah di sekitar terminal ubung (terminalnya denpasar)). jadi mau ga mau mesti jalan kaki atau naik ojek atau nyicil motor.


-------------------------------------------------------------------------------------

4 komentar:

Ignasia Rosa mengatakan...

dulu, di baturiti (pacung), bapak warung makan sebelah, menyewakan motornya. per hari kalo tidak salah 60rb. Mungkin bisa kong kali kong sama bapak warung sebelah sembari menawar :)
atau mau ajak pak koming (supir shuttle) untuk jalan2, bisa juga. Dia (pak koming shuttle) paling seneng nganter jalan-jalan kami yang dulu base baturiti untuk turun ke denpasar. Bensinnya tentu saja patungan rame-rame.

bimo mengatakan...

oiya kmrn si bapak warung sebelah bilang ada rental motor, tapi dia ga bilang kalo dia yang nge-rental.. ntar cobain lagi ah

hmm di mess ada motor nganggur yang bisa disewa murah atau dipinjem ga ya?

btw, ini mbak ii?

Ignasia Rosa mengatakan...

kalo orang jawa bilang "wani piro" :p

*canda*

sementara sih, aku ada motor nganggur 1. mau kubenerin accu + shockbeker`nya tapi blum jadi-jadi. so, bisa dipake..tapi ya motor tua :)

Unknown mengatakan...

eh serius?? wah kok ga bilang tadi pas di kantor. mau dong kupake, kubenerin deh :D

Posting Komentar