niat awalnya sih ngejar ketinggalan materi, tapi ternyata gw ga sanggup ngejar, yang ada adalah makin ketinggalan dan beberapa mata kuliah terpaksa dipasrahkan kepada yang berwajib, yaitu dosen dan nasib.
dari 5 mata kuliah yang gw ambil, sampe kemaren udah 3 nilai keluar, IP sementara 1,5. 2 mata kuliah bisa lulus karena kebaikan dosen: 1 mata kuliah pake 2 kali penilaian (UTS dan UAS) dan dua2nya open book, 1 mata kuliah lagi dikasih nilai-ajaib-para-veteran oleh sang profesor. sebenernya gw malu sih lulus (atau lolos) dengan kondisi itu, tapi mengingat realita yang ada di depan mata, yah harus cukup puas lah dengan itu. 1 mata kuliah sih emang pasti lulus karena penilaian dari presentasi dan pas gw ngintip nilai tiap presentasi sih ga jelek2 amat :D.
sekarang nunggu 2 nilai terakhir: katanya sih yang satu udah keluar kmaren sore, satu lagi hari ini baru keluar (kata dosennya sih gitu).
-------
sejak awal kuliah udah ada targetan akan make waktu kuliah semaksimal mungkin (maksimalnya 6 taun), akhirnya awal kuliah dipake untuk main2 dan berkutat dengan pikiran2 non-materi-kuliah dan baru ngejar di 2 taun terakhir. beginilah deadliner, ngebut menjelang akhir. lebih tegang, lebih panik, dan tiba2 jadi lebih ada perasaan harus ngerti untuk mata kuliah yang udah diambil.
kuliah reguler rasanya tuh kaya masuk ruangan dan ketemu banyak orang dan melakukan brainstorming. materi dateng kaya badai di otak, menuntut adanya diskusi2 untuk nyamain persepsi. untuk apa semua itu? untuk pemahaman. untuk apa pemahaman itu? entah.. bagi orang2 dengan rasa ingin tau yang tinggi dan keinginan untuk mengkuantisasi kualitas alam mungkin sangat senang dengan mata kuliah yg gw ambil.
seorang senior pernah bilang:
"tau bedanya anak mipa (khususnya fisika) dan anak teknik? kalo anak teknik tuh bikin senjata sesuai dengan musuh yang dia hadapi saat itu, kalo anak fisika tuh bikin senjata karena pengen bikin senjata yang bisa menghadapi semua jenis musuh tapi ga tau apa/siapa musuh sebenernya.."
senior yang lain bilang:
"di otak tuh ada memori dan ada interpretasi. fisika adalah penggunaan memori dan interpretasi."
hmmm,
memori, interpretasi, senjata untuk semua jenis musuh. hal2 kecil diperhatiin sebanyak2nya, dihubungin dengan teori tertentu dan bikin solusi yang sifatnya umum (bisa dipake untuk tiap kasus khusus - satu kasus adalah satu jenis musuh). yah, konsekuensi dari semua itu adalah kita harus siap untuk brainstorming sesering mungkin (baik sendirian mau pun ramean). berat, emang berat. tapi mau gimana lagi, ini bagian dari konsekuensi akibat pilihan yang gw ambil sesaat sebelom ngisi Fisika ITB sebagai pilihan kedua di formulir SPMB 2004.
--------
dalam suatu mata kuliah pilihan (yang gw ambil secara ga sengaja, tiba2 pengen) gw dikenalin dengan sebuah metode pembahasan fisika yang termasuk baru (30an taun termasuk baru kali yah) dan di sebuah mata kuliah lain (yang ga sengaja harus gw ambil karena lulus lama dan berakibat kena kurikulum baru) gw dapet materi tentang fluida. setelah ngambil 2 mata kuliah 'ga sengaja' itu tiba2 gw baru nemu topik untuk gw jadiin bahasan akhir di kuliah gw.
di akhir semester itu gw keluyuran nyari2 dosen yang tepat dan sampailah sama seorang dosen yang ga gw kenal sebelomnya, dan dia juga ga kenal gw sampe saat itu. pertanyaan pertama beliau pas gw ngetok pintu ruangannya, "kamu siapa?" dan gw jawab "bimo bu, yang kmaren nelfon". dan setelah kenalan, basa-basi sambil nanya kondisi akademis gw saat itu, dia bilang "bukannya saya ga mau jadi pembimbing kamu ya, tapi saya ga mau beban kamu pindah ke saya." dan dengan modal speak2 setan a la politikus bangsat dalam sebuah perbincangan yang alot dan cukup tidak hangat akhirnya beliau sadar bahwa telah terjerat dan terpaksa nerima untuk jadi pembimbing gw :D.
dan begitu dapet topik, dapet pembimbing, dan dikasih beberapa referensi akhirnya gw mulai nemuin sebuah sisi yang menyenangkan dari fisika. minimal gw jadi bisa mbayangin untuk apa gw belajar dan mikir njelimet2 dengan kalimat2 aneh dengan bahasa matematika yang (katanya sih) bermakna fisis tertentu. dan emang di sana lah gw bertengger, di tengah lautan bahasa matematika yang minta diterjemahin jadi bahasa manusia dan gambar untuk kemudian minta diterjemahin lagi ke bahasa program. sekarang sih blom mulai mrogram :D, bukan bermaksud nyepelein TA2 (baca: programming) yang harus selesai paling lambat bulan juli 2010, tapi liburan dlu deh :D.
---------
dan setelah nulis sejauh ini, gw jadi bingung sebenernya gw mau nulis apa sih??
yah, entah apa yang mau gw tulis sebenernya, yang pasti gw baru mulai agak ngerti bahwa:
. fisika adalah metode untuk memahami semua fenomena yang terlihat.
. belajar adalah konsekuensi dari tujuan pemahaman.
. nilai (seharusnya) adalah sebuah ekses atas pemahaman kita tentang sesuatu.
seharusnya kita ga kuliah untuk ngejar nilai, apalagi sekedar ngejar kelulusan atau ijazah. kuliah seharusnya dilakukan sebagai sebuah proses menuju pemahaman akan sesuatu. kuliah untuk cari kerja? seharusnya kerja diperoleh bukan karena ijazah kelulusan atau indeks prestasi, tapi karena pemahaman akan sesuatu.
dan dengan kondisi itu, akan jauh lebih baik jika kuliah tuh ga dibatasi waktu dan biaya, karena proses seseorang dalam memahami sesuatu akan berbeda dengan orang lainnya. pembatasan tanpa adanya pencerdasan tidak akan membuahkan pemahaman. tidak ada pemahaman sama aja tidak ada pendidikan.
dan sampe sini gw jadi makin bingung, sebenernya gw mau nulis apa??
---------
harap maklum kalo ga jelas, sekali lagi gw ingatkan yang gw tulis di awal kalimat gw: sindrom akhir semester.
2 komentar:
Coba yah gaz semua employer mikirnya kaya lu khususnya 2 paragraf terakhir.
coba yah ndra klo kuliah+sekolah tuh gratis dan ga ada batasan waktu..
Posting Komentar