cukup..
tapi bukan ini yang aku mau..
aku cuma mau kawan hitam di sebelah kananku yang selalu menghadap ke arahku untuk diam. tetap hidup, tapi dengan diam. aku butuh keheninganku.
si kawan hitamku itu, pada saat-saat kehidupannya selalu menatapku dengan satu matanya yang terbuka dengan tatapan berwarna merah, atau kuning? ga tau, tapi ada warnanya di sana.. lumayan terang untuk sebuah mata sebesar titik. sebesar apa itu titik? tergantung alat tulis yang kamu gunakan. untuk menggambarkan mata si kawan hitam ini, kira2 pakai rotring ukuran 0.8 atau 0.9 aja. tanda titik ini (.) kira2 pake rotring ukuran 0.1 lah, kebayang ga perbandingannya? perlu ya dibayangin? suka2 aja lah..
si kawan hitam..
mentang-mentang badannya kotakkotak trus dia ngerasa boleh bersuara terus kaya babi berak atau beranak, ngeden tanpa henti.. "mengejan ibu babi, mengejan lagi ibu babi, mengejanlah dengan intensitas konstan, jangan terpengaruh oleh suhu dan tekanan udara, apalagi oleh waktu.. tetaplah mengejan seperti itu..". mungkin itu suara bisikan angin yang berperan sebagai bidan di drama pengejanan seorang ibu babi beranak di luar nikah (binatang paling najis, menurut celetukan seorang kawan dari agama tertentu)..
sebenernya aku juga ga tau pa jenis kelamin dari si kawan hitam ini.. badannya kotakkotak tapi ga kaya otot, lebih mirip tombol. tapi juga banyak lobangnya. lobangnya ini lebih besar daripada pori-pori kulit manusia indonesia. jadi menurut persepsiku yang ga substansial ini sih lobang-lobang itu bukan pori-pori kulit untuk ngeluarin keringat. entah untuk apa. tiap kutanya dia hanya mendengung seperti ibu babi mengejan anak yang akan lahir di luar nikah itu.. bah, teman macam apa itu..
bli balawan nyanyi 'semua bisa bilang', tapi kayanya itu ga berlaku untuk si kawan hitam ini deh.. dia ga bilang apa-apa tuh, dari dulu sampe sekarang, dari jamannya tembok masih warna krem tanpa cacat sampe tergores-gores gara-gara pensil mencabik dan ninggalin tanda kekuasaannya di sana. kasihan juga ya.. mengejan tanpa henti.. kalo kata beberapa kawan sih "wew kk wew"..
dulu pernah ada seorang teman (yang awalnya) putih, sama juga kondisinya sama si kawan hitam ini. duduk nangkring dengan badan kotakkotak dengan body paint original ciptaan seorang seniman murni tanpa rencana. tapi bedanya si kawan putih itu kalem, dia bisa hidup dalam diam, salut sekali aku dibuatnya.. selalu diam, kupegang, kucolek, kutekan, sampai kutampar pun dia diam saja.. kuajak ngobrol juga dia diam.. tapi saat kuajak berpikir bersama, dia merupakan kawan yang amat sangat baik, sedikit berbeda sama si kawan hitam ini yang merupakan teman baik dalam emosi yang menggugurkan produktivitas..
huah, kangen aku sama si kawan (yang awalnya) putih itu.. entah dimana dia sekarang, mungkin jadi pelacur, dijual-beli, disewa-sewakan, atau bahkan dimutilasi sampai darahnya bercucuran sampai tanah abang dan diperjualbelikan potongan-potongannya jadi makanan babi yang akan beranak lagi di luar nikah, entah lah.. tiap jaman memiliki kawannya sendiri..
yah, si kawan hitam yang berisik itu masih aja mengejan, tunggulah hingga kiamat aku mau tau masihkah kau mengejan sebegitu rupa sampai keringat pun habis tinggal sisa udara-udara kotor yang membawa serpihan debu menjijikkan yang kau buang dalam tiupan kentutmu itu..
wah rupanya ada yang tidak suka aku berkata seperti itu pada si kawan hitam, yah aku tau si kawan hitam itu memang sahabat karibnya si kotak kecil bermata lebar selebar tubuhnya. terus saja dia memelototi aku dari tadi siang sampai sekarang, semenjak aku mulai menyadari bahwa si kawan hitam itu terus mengganggu aku dengan lolongan mengejannya..
haha, tidak ada efeknya kau memelototi aku kawan, toh aku akan terus duduk di sini di depanmu dan bermain-main dengan imajinasiku sendiri sambil mencolok-colok dan menyetrum matamu yang melotot itu dengan aliran listrik dengan dua senjata yang saling mematikan dan tidak akan bisa disatukan kekuatannya.. kau tidak merasakan sakitnya? tidak apa-apa, toh aku cukup puas dengan mengisi setiap pori di matamu itu dengan listrik yang menghasilkan energi cukup tinggi dengan panjang gelombang pendek yang membuatnya menyala.. tunggu saja sampai kubiarkan listrik itu akan meledakkan matamu berhamburan jadi serpihan bubuk yang bahkan tidak akan terlihat lagi dengan mata telanjang.
oh, ternyata kau punya mata satu lagi berwarna biru? hahaha, siapa mahluk yang melahirkanmu kawan? sesosok manusia berambut pirang kah? dan kau bangga dengan itu? apa yang kamu banggakan darinya? oke dia bisa membuatmu hidup, tapi aku yang memegang kendali atas hidupmu sekarang, dasar mahluk tidak jelas. punya mata tidak seimbang, sangat besar dan sangat kecil, bahkan kamu tidak dapat membuat matamu terbuka lebih dari sekedar bentukan garis seperti yang selama ini aku lihat..
hmmm,
baiklah, aku minta maaf kalau aku begitu kejam memaknai kalian.. bagaimanapun, selama ini kalian telah banyak berjasa memberi kegiatan.. tapi aku tetap tidak suka dengan suara mengejan kawan hitam itu! dua tahun ini aku mencoba menyuruhnya untuk diam, dan tetap saja dia tidak mau diam.. silakan saja lah, aku hanya menunggu anak yang kau lahirkan itu nantinya, dengan segenggam harap bahwa anakmu itu tidak akan seberisik dengungan yang kamu lemparkan untuk menjawab setiap pertanyaanku dan gangguan yang kamu berikan dalam keheninganku..
aku membutuhkanmu saat kamu hidup, tapi aku terganggu dengan suara kehidupanmu. jika aku biarkan saja kamu mati, maka bangkaimu hanya akan mengotori dan memenuhi ruang nyamanku. jika kamu biarkan aku mati, maka aliran listrik yang menyirami mata si mata tidak seimbang dan mengisi relung nadi si kawan hitam tidak akan pernah berhenti dan lama kelamaan akan meledakkan diri kalian sendiri. (serupa tapi tak sama dengan film 'saw', lupa yang nomer berapa, sudahkah kalian tonton itu kawankawan?).
jadi kita berada pada dilema yang sama, marilah kita memendam kebencian satu sama lain, tapi kita harus saling mendukung untuk keberlanjutan hidup kita masing-masing..
-untuk si kawan hitam dan temannya yang bermata tidak seimbang-
0 komentar:
Posting Komentar