mungkin emang ada sejenis mahluk tertentu yang segan untuk menapak ke bumi. tidak seperti burung, karena burung terbang bebas dan dia lakukan itu untuk dirinya sendiri. mahluk ini mungkin terbang (karena melakukan berbagai cara untuk tidak menapak ke bumi) tapi dia tidak bebas, karena dia tidak melakukan itu untuk dirinya sendiri. semua yang dia lakukan, keluyuran kesana kemari dengan tujuan membuat mahluk lain terkesan dan memujinya, sehingga dia bisa melayang lebih tinggi lagi menjauhi bumi.
sebuah rumah atau sangkar atau tempat berlindung telah dipersiapkan bagi mahluk tersebut. jelas akan sangat sulit untuk meletakkan sangkar itu di langit (dimana sangkar itu harus tersandar atau tergantung?). maka sangkar itu berletak di sebuah daratan, mungkin daratan terendah di bumi. sebuah tempat dengan tekanan yang rendah sehingga bersuhu panas dan selalu membuat keringat bagi yang tinggal di sana. suhu panas yang rawan membangkitkan gejolak emosi. tapi disanalah sangkarnya berletak.
dengan berbagai gejolak dan fenomena yang mungkin tumbuh di sana, itu lah bumi. dengan berbagai gejala yang menempel erat padanya. di bumi lah mayoritas mahluk alam menapak dan tinggal. di bumi lah mereka makan, di bumi lah mereka mencari kenyamanan, di bumi lah mereka bertarung, di bumi lah mereka melangkah.
burung elang yang tinggal di bumi, mereka terbang untuk mengintai lalu kembali ke bumi untuk meraih mangsanya dan dibawa kembali ke rumahnya yang juga di bumi untuk memberi makan anak-anaknya.
sekarang lihatlah sebuah mahluk. yang duduk termenung diam tanpa nyawa, hanya menunggu menunggu dan terus menunggu adanya angin yang bertiup melalui celah-celah batuan dan membisikkan nada merdu seperti nyanyian. lalu mahluk tersebut mulai tersenyum dan ikut melayang bersama perginya kemerduan menapaki angin. sampai datang angin lain yang juga meniupkan lagu indah dan ikutlah mahluk tersebut bersama angin yang baru seraya mengembangkan senyumnya lebih lebar.
sebuah teropong di depan mata memperhatikan dari jauh, terlihat nyawa mahluk tersebut makin lama makin terkumpul seiring peningkatan ketinggiannya akibat angin-angin lalu. makin tinggi dan mahluk tersebut makin terlihat bernyawa, bahagia, nyaman, lepas, bebas. sesaat kemudian seorang bocah dengan lugunya melemparkan kait ke kaki mahluk itu dan menariknya mendekati bumi. terlihat jelas sinar kekhawatiran terpancar dari sana, makin mendekati bumi dan makin khawatir.
senyum yang sebelumnya mengembang dengan puasnya lantas menjadi hilang terganti dengan kemurungan yang amat sangat ketika sampai kembali ke bumi. oleh seorang anak kecil yang lugu.
sampai akhirnya dia telah duduk kembali di suatu batu dengan lutut di depan dada dan ditahan oleh kedua tangannya dengan kepala terus menengadah menatap langit. tubuh yang merinding berharap angin puja dan puji segera kembali untuk melambungkan lagi dirinya. bahkan tak sempat dan tak terpikirkan olehnya untuk berburu bagai singa atau serigala atau harimau atau kera atau bahkan babi hutan yang menyatakan dengan gagah bahwa "di bumi lah aku berpijak, di bumi lah aku tinggal dan di bumi lah aku berjuang".
0 komentar:
Posting Komentar