save the soul

Rabu, 04 Maret 2009
Save My Soul adalah nama album musik ketiga Padi. Album ini diluncurkan pada tanggal 18 Juni 2003.
Dalam lagu Sesuatu Yang Tertunda, Padi berduet dengan musikus pujaan mereka, Iwan Fals. Selain Iwan Fals, kolaborator lainnya yang terdapat dalam album ini termasuk musisi Australia yang merupakan pemain saksofon, Robert Burke dan pianis Kiernan Box, Adjie Rao (perkusi), dan penyanyi Astrid Sartiasari.

Daftar lagu: Ketakjuban, Hitam, Rapuh, Di Atas Bumi Kita Berpijak, Cahaya Mata, Menanti Keajaiban, Menjadi Bijak, Sesuatu Yang Tertunda, Patah, Repihan Hati

-----------------

cerita ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan album dan lagu Padi di atas.

sesosok mahluk berkepala campuran antara naga, serigala, manusia dan bertanduk seperti domba serta berkaki seperti sapi keluar dari sarangnya setelah lama tertidur pulas. sambil membawa celurit dia berjalan berkeliling mengitari sebuah desa.

matanya nanar menatapi penuh kelaparan. tidak sesosok manusia pun yang ada di sana yang dapat dia pergunakan sebagai hidangan pembuka menuju sebuah kekuasaan mutlak akan desa yang bertanah subur, berumput hijau, berpohon rindang, berudara sejuk, berawan putih, berlangit cerah itu.

dengan geram mahluk ini menggunakan celurit yang dibawanya untuk menebas sebuah pohon yang paling besar dan kokoh, seketika ambruklah pohon itu dengan sayatan sangat halus yang menandakan kekuatan dan ketajaman celurit yang dibawanya serta akurasi tebasan yang dilakukannya.

berdebam pohon itu menyentuh tanah dan membangunkan seorang pemuda berkepala gundul, berbadan tegap. dengan hanya bercelana dalam, celana panjang dan bersepatu boot pemuda itu langsung lompat keluar dari tempatnya beristirahat dan mencari sumber getaran suara yang membangunkannya itu. terkejutlah ia ketika melihat sosok mahluk bertubuh campur campur tersebut.

"hah, dia datang lagi??? aku telah membuatnya lumpuh beberapa tahun yang lalu!!!" pikir si pemuda. 

seolah mendengar pikiran si pemuda, mahluk campur campur itu memandang dengan meremehkan dan terpancar ekspresi marah pada wajahnya. tanpa banyak cakap mahluk tersebut langsung mengayunkan celuritnya ke arah pemuda. si pemuda kaget dengan serangan mendadak itu dan langsung lari menuju rumahnya mengambil kayu berbentuk kerucut tidak sempurna yang pada bagian lebarnya tertancap paku-paku yang sebagian telah teroksidasi.

pemuda itu langsung membalas serangan mahluk campur campur dan terjadilah pertarungan sengit antara mereka.

di tengah pertarungan mereka, segumpal awan putih terbentuk di antara mereka. awan putih ini segera berubah menjadi sejenis fluida yang meliuk-liuk dengan lima percabangan yang masing-masing memiliki ujung yang tajam. fluida ini terus bergerak meliuk seolah menghindari persentuhan antara dirinya dengan kedua sosok yang sedang bertarung. sampai akhirnya mahluk campur campur dengan sigap menggenggam salah satu pangkal percabangan fluida tersebut dan menariknya kuat-kuat sampai sang fluida berhenti bergerak. si pemuda pun tidak tinggal diam, dia segera meraih pangkal salah satu percabangan yang lain dan menariknya dengan kuat.

terjadilah perebutan fluida antara mereka. fluida yang sudah tidak bergerak seakan pasrah menerima perebutan akan dirinya. pada tiap tarikan yang terjadi padanya, energinya tereksitasi menuju pusat energi dari mahluk yang menariknya sehingga kedua sosok yang sedang bertarung ini sama-sama menjadi jauh lebih kuat, sebaliknya dengan fluida yang semakin melemah.

di tengah pertarungan itu, seorang tetua desa mengamati dari jauh pada jarak aman dan tidak terlihat. sang tetua segera menyadari bahwa fluida tersebut adalah jiwa desa. sebuah esensi akan eksistensi desa tersebut bagi seluruh penduduk desa yang konon beraneka ragam warna dan karakternya. kepada siapa pun yang fluida tersebut dimenangkan, keadaan desa akan berubah tidak seimbang, karena bagaimanapun fluida tersebut adalah jiwa yang selama ini menyeimbangkan seluruh perbedaan di desa itu. fluida itulah yang selama ini mendominasi segala bentuk kegiatan di sana.

melihat sengitnya pertarungan antara pemuda dan mahluk campur campur, sang tetua berusaha melihat peluang menang secara politis dengan cara menunggangi salah satu sosok tersebut, dengan mengirimkan tenaga dalamnya kepada salah satu sosok yang menurutnya lebih berpeluang menang, dan mengembalikan fluida kepada pemiliknya yang sah, yaitu seluruh warga desa. 

berbagai kemungkinan dia gambarkan dalam benaknya dan setelah ratusan kemungkinan dia proses dalam pikirannya, dia melihat tidak ada peluang untuk menunggangi salah satu sosok. satu-satunya cara untuk mengembalikan fluida tersebut pada warga desa adalah dengan ikut bertarung di medan laga.

mengingat kondisi energinya telah terkuras dalam proses pemikiran-pemikirannya, tetua tidak akan mampu menahan gempuran dari dua sosok petarung yang makin lama makin kuat itu. selain itu secara emosi yang labil karena terkurasnya energi tersebut, sang tetua akan terpengaruh dengan kekuatan fluida tersebut yang memberi hasrat kekuasaan pada pemiliknya, sehingga tetap akan menciptakan ketidakseimbangan pada kehidupan desa tersebut.

di tengah putus asanya sang tetua hanya bisa berbisik, " save the soul... " yang dihaturkan kepada semesta alam dengan penuh harapan bahwa hukum alam akan memberikan keseimbangan pada sistem desa itu.

baca selengkapnya..






-------------------------------------------------------------------------------------

mahluk bumi

Selasa, 03 Maret 2009
mungkin emang ada sejenis mahluk tertentu yang segan untuk menapak ke bumi. tidak seperti burung, karena burung terbang bebas dan dia lakukan itu untuk dirinya sendiri. mahluk ini mungkin terbang (karena melakukan berbagai cara untuk tidak menapak ke bumi) tapi dia tidak bebas, karena dia tidak melakukan itu untuk dirinya sendiri. semua yang dia lakukan, keluyuran kesana kemari dengan tujuan membuat mahluk lain terkesan dan memujinya, sehingga dia bisa melayang lebih tinggi lagi menjauhi bumi.

sebuah rumah atau sangkar atau tempat berlindung telah dipersiapkan bagi mahluk tersebut. jelas akan sangat sulit untuk meletakkan sangkar itu di langit (dimana sangkar itu harus tersandar atau tergantung?). maka sangkar itu berletak di sebuah daratan, mungkin daratan terendah di bumi. sebuah tempat dengan tekanan yang rendah sehingga bersuhu panas dan selalu membuat keringat bagi yang tinggal di sana. suhu panas yang rawan membangkitkan gejolak emosi. tapi disanalah sangkarnya berletak.

dengan berbagai gejolak dan fenomena yang mungkin tumbuh di sana, itu lah bumi. dengan berbagai gejala yang menempel erat padanya. di bumi lah mayoritas mahluk alam menapak dan tinggal. di bumi lah mereka makan, di bumi lah mereka mencari kenyamanan, di bumi lah mereka bertarung, di bumi lah mereka melangkah.

burung elang yang tinggal di bumi, mereka terbang untuk mengintai lalu kembali ke bumi untuk meraih mangsanya dan dibawa kembali ke rumahnya yang juga di bumi untuk memberi makan anak-anaknya.

sekarang lihatlah sebuah mahluk. yang duduk termenung diam tanpa nyawa, hanya menunggu menunggu dan terus menunggu adanya angin yang bertiup melalui celah-celah batuan dan membisikkan nada merdu seperti nyanyian. lalu mahluk tersebut mulai tersenyum dan ikut melayang bersama perginya kemerduan menapaki angin. sampai datang angin lain yang juga meniupkan lagu indah dan ikutlah mahluk tersebut bersama angin yang baru seraya mengembangkan senyumnya lebih lebar.

sebuah teropong di depan mata memperhatikan dari jauh, terlihat nyawa mahluk tersebut makin lama makin terkumpul seiring peningkatan ketinggiannya akibat angin-angin lalu. makin tinggi dan mahluk tersebut makin terlihat bernyawa, bahagia, nyaman, lepas, bebas. sesaat kemudian seorang bocah dengan lugunya melemparkan kait ke kaki mahluk itu dan menariknya mendekati bumi. terlihat jelas sinar kekhawatiran terpancar dari sana, makin mendekati bumi dan makin khawatir.

senyum yang sebelumnya mengembang dengan puasnya lantas menjadi hilang terganti dengan kemurungan yang amat sangat ketika sampai kembali ke bumi. oleh seorang anak kecil yang lugu.

sampai akhirnya dia telah duduk kembali di suatu batu dengan lutut di depan dada dan ditahan oleh kedua tangannya dengan kepala terus menengadah menatap langit. tubuh yang merinding berharap angin puja dan puji segera kembali untuk melambungkan lagi dirinya. bahkan tak sempat dan tak terpikirkan olehnya untuk berburu bagai singa atau serigala atau harimau atau kera atau bahkan babi hutan yang menyatakan dengan gagah bahwa "di bumi lah aku berpijak, di bumi lah aku tinggal dan di bumi lah aku berjuang".

baca selengkapnya..






-------------------------------------------------------------------------------------

alunan sajak bunga

Senin, 02 Maret 2009
wah, bunga ini harum sekali
celoteh seorang anak kepada kawannya
iya, memang harum sekali
begitu ditanggapi oleh kawannya
bukan mawar, bukan anggrek, bukan melati, bukan kamboja
entah bunga apa itu

bayangkan
batang kurus menjulur dari tanah ke atas
batang kurus tanpa duri
bercabang panjang dan juga kurus
masih tanpa duri
berujung kuntum bunga berwarna abu
juga tanpa duri
tapi sangat harum

lalu kusentuh bunga itu
dan mengalirlah sajak demi sajak dari sana
tepat keluar dari tengah kelopaknya
yang belum merekah sempurna
sajak sajak itu teruntai mengalun mengikuti angin
tanpa arah yang pasti
melambai, terhembus
melambai kembali, terhembus kembali

tiap hembus angin melambaikannya
aku coba mengamati
adakah gerak kontinu yang dapat dipolakan
ya, ada pola disana
senang sekali
dan kukatakan pada kawanku
lihatlah pola itu
tiap angin berhembus, sajak itu akan ikut
mari kita baca anginnya
kecepatannya berubah terus tiap waktu
dan setelah waktu tertentu, arahnya lah yang berubah

betul juga kawan
sahut kawanku sambil melanjutkan
jangan kau dengar sajak itu
teruslah kau perhatikan polanya
perhatikan koridor geraknya
dan perhatikan kemana dia melaju
amatilah bahwa sajak sajak itu
melaju tepat ke tempat sampah

aku duduk diam
kawanku duduk diam di sampingku
kau benar kawan
sajak indah itu
yang mengalun bagai angin
merdu bagai nyanyian dari langit
ternyata tak lebih dari sampah
yang teronggok tanpa nyawa
terbaring lusuh bersama sampah
yang akhirnya terbuang tanpa harga

baca selengkapnya..






-------------------------------------------------------------------------------------