kenalan

Sabtu, 14 April 2012
gimana cara paling efektif untuk mengakrabkan diri? berkenalanlah, berinteraksilah sampai kita kenal dengan sesuatu yang hendak kita akrabkan itu. sejauh mana kita bisa bilang kalo kita udah 'kenal' dengan sesuatu itu?

---

sebelom pertanyaan itu kejawab, tiba2 gw inget kejadian pas gw lagi ngeliatin seorang anak arsitek bikin maket untuk tugasnya. dia bilang saat itu gw bisa bantuin dia bikin existing, yaitu bangunan-bangunan yang ada di sekitar bangunan yang akan dia buat.

existing, exist, eksistensi, keberadaan.

kenapa bangunan di sekitar 'bangunan utama' disebut existing? gw coba simpulin bahwa eksistensi dari sesuatu diukur dari lingkungan tempat dia berada. atau bahasa lainnya: sesuatu dianggep ada kalo dia berada di sebuah lingkungan tertentu. sesuatu itu ngga bisa 'ada' tanpa keberadaan yang lainnya.

sampe sini muncul pertanyaan lain: gimana posisi si sesuatu itu terhadap lingkungannya? ngomongin posisi berarti nunjukin adanya 'pembatas' antara sesuatu itu dengan yang lainnya. kalo ngga ada pembatas berarti si sesuatu itu berada dalam satu bentuk dengan yang lainnya dan berarti mereka adalah satu bangun. berarti ga ada eksistensi. berarti ada sebuah (atau lebih) pembatas antara sesuatu yang membedakan dia dengan yang lainnya.

pembatas yang membedakan. berarti sejauh ini bisa kita simpulin bahwa eksistensi dari sesuatu bisa diukur dengan membedakan dirinya dari yang lain.

---

balik ke definisi 'kenal'.
mengenal orang berarti mengetahui eksistensi dirinya. kalo digabungin sama istilah eksistensi tadi, bisa kita simpulin: mengenal orang berarti membedakan si orang tersebut dengan yang lainnya. tiap orang punya ciri masing-masing, baik ciri fisik maupun nonfisik. keberadaan ciri itulah yang jadi karakter seseorang dan karakter inilah yang jadi keunikan tiap orang.

jadi sejauh mana kita bisa bilang kalo kita udah 'kenal' dengan sesuatu? kita 'kenal' saat kita tau karakter sesuatu itu. jadi gimana cara paling efektif untuk mengenal sesuatu? gali lah karakter dari diri tiap orang. karena tiap orang lahir sendiri dan akan mati sendiri, berarti tiap orang punya jiwanya sendiri, tiap orang punya cirinya sendiri, tiap orang punya karakternya sendiri.

karakter ini akan muncul di tiap tingkah laku orang tersebut. dan kita tau bahwa tingkah laku adalah buah dari hasil pemikiran dan/atau insting orang tersebut. pemikiran dan/atau insting orang akan keliatan dari pilihan-pilihan yang dia ambil.

baca selengkapnya..






-------------------------------------------------------------------------------------

wondering garbage man

barusan ngeliat foto jepretan temen gw yang nampilin seorang pemulung, masih muda, duduk di sebuah tembok pendek di sebelah kiri kakinya ada plastik trashbag, di belakangnya ada beberapa anak muda yang entah lagi ngobrol atau lagi maen catur. yang keliatan di foto ini si pemulung muda lagi nunduk.

menurut gw yang awam fotografi sih foto ini enak diliatnya, bagian yang difokusin dan di-blur-innya pas, sudut pengambilan gambarnya juga enak diliat. gw makin tertarik lagi setelah ngeliat keterangan yang ditulis temen gw di bawah foto itu

"...When i walked pass him, i saw him reading a brochure consist of houses."

entah apa yang ada di pikiran sang pemulung muda itu. mungkin sekedar liat-liat dan mengagumi gambar-gambar rumah itu, atau tebakan temen gw dia bertanya-tanya dalam pikirannya "gimana cara gw bisa ndapetin ini?", atau mungkin juga dia lagi ngebandingin bentuk warna dan ukuran ruangan-ruangan rumah dalam brosur itu dengan tempat tinggalnya saat ini. mungkin lagi dia lagi bertanya-tanya sampah seperti apa yang bisa dia dapetin di sekitar rumah itu.

atau bisa juga dia mbayangin dirinya ada di ruangan-ruangan di rumah itu, menikmati suasana yang bisa tercipta di sana, dan diakhiri dengan sebuah harapan dan keinginan yang kuat untuk memiliki rumah itu (atau rumah seperti itu) suatu saat nanti.

hari ini hari milikku
juga esok masih terbentang
dan mentari 'kan tetap menyala
di sini, di urat darahku

- mentari, iwan abdurrahman -

semoga pemulung muda itu mikir seperti kemungkinan yang terakhir gw tulis di atas. semoga harapan itu tetap ada, dan semoga keinginan itu terus terpahat di dalam pikirannya.

sejauh ini gw percaya bahwa keberhasilan seseorang ditentuin dari seberapa kuat keinginannya (atau mimpinya) akan hal tersebut. mungkin (blom pernah gw bahas lebih jauh) mimpi itu yang akhirnya tanpa disadari akan mengatur cara berpikir orang itu, dan kemudian cara berpikir itu akan membangkitkan minat dan rasa ingin tau sehingga akhirnya orang itu akan menjalani proses pencarian ke arah mimpinya itu dan yang menurut gw lebih penting: dia akan menikmati tiap proses itu biarpun rintangan (atau tantangan?) pasti akan dia temui sewaktu-waktu pada saatnya.



baca selengkapnya..






-------------------------------------------------------------------------------------

jalur pengiriman

Minggu, 01 April 2012

bayangin sebuah kondisi dimana manusia ga bisa bicara langsung dengan tuhannya. mungkin karena jauhnya jarak antara keduanya, atau mungkin karena ada frekuensi yang tertutup antara keduanya sehingga suara yang satu tidak dapat diterima dan diolah oleh yang lainnya. atau mungkin karena perbedaan bahasa sehingga komunikasi tidak dapat diterima dengan baik oleh salah satu pihak, yang ada adalah kesalahpahaman..

ah, apa pun penyebabnya, semua kemungkinan itu akhirnya menghasilkan satu akibat yang sama: yaitu sang manusia ga bisa bicara langsung dengan tuhannya.

manusia mengucap doa. bisa dalam hati, bisa teriak, bisa berupa tulisan, bisa berupa gambar, bisa berbahasa indonesia, bisa berbahasa inggris, bisa berbahasa zimbabwe, bisa berupa apa pun.

seandainya tuhan punya satu bahasa tertentu, yang ga bisa dibayangkan apalagi didefinisikan oleh manusia, mungkin manusia cuman bisa me-label-i bahasa itu sebagai 'bahasa ilahi'. atau seandainya tuhan memiliki frekuensi tertentu untuk menerima segala bentuk komunikasi, dan frekuensi tersebut bahkan belum diketahui eksistensinya oleh manusia. dan seperti biasa, manusia lalu cuma bisa melabelinya sebagai 'frekuensi ilahi' dan seandainya-seandainya yang lain.

manusia ngucap doa, menyatakan kepasrahan, meminta ampun, meminta petunjuk. manusia meminta. manusia mengharapkan 'jawaban' dari tuhannya. kadang kala jawaban itu dirasa tak kunjung datang.

padahal mungkin aja jawaban itu sudah datang beberapa waktu sebelumnya. cuman manusianya aja yang ga bisa nerima atau ngolah jawaban itu. ketidakterhubungan bahasa manusia dengan bahasa ilahi, atau frekuensi manusia dengan frekuensi ilahi.ketersampaian informasi yang tidak kesampaian (halah, ruwet!)..

---

bayangin tuhannya manusia tadi memiliki singgasana di sebuah negri di balik sebuah gunung yang sangat tinggi, yang ga bisa dipanjat oleh manusia, ga bisa dilewatin oleh manusia.

dan malaikat lah yang bisa menjadi perantara antara bahasa manusia dengan bahasa ilahi.

mungkin salah satu solusinya adalah manusia tadi menitipkan doanya ke awan, tepat di atas puncak gunung tinggi yang memisahkannya dengan tuhannya. dan salah satu malaikat di singgasana ilahi akan mengambil doa tersebut dari awan, menerjemahkannya ke bahasa ilahi, dan menyampaikannya ke sang tuhan.

dan mungkin dengan demikian tuhan pun akan dengan leluasa mengolah doa tadi, dan memberikan jawaban, sebuah petunjuk yang diharapkan oleh si manusia. malaikat tadi kemudian akan meletakkan jawaban tuhan tadi ke awan.

dan kemudian mungkin saja ada sesosok malaikat lain, yang bertempat di sisi luar gunung, berada di sisi yang sama dengan si manusia, menyamar sebagai manusia, mengambil jawaban tadi di awan dan menyampaikan ke si manusia dengan bahasa yang dimengerti oleh si manusia.

yah, malaikat ini bisa aja menjelma sebagai seorang bapak, ibu, kakak, adik, teman, guru, atau siapa pun yang bisa menyampaikan pesan tadi dengan baik kepada si manusia. dan akhirnya si manusia itu pun menerima response dari tuhan atas doanya tadi.

dan kehidupannya terus mengalir sebagaimana adanya.
sebuah jalur pengiriman antar dunia. dunia manusia dan dunia ilahi. melalui perantara para malaikat dan standar bahasa yang dimiliki oleh para malaikat itu (yang memang diciptakan demikian oleh sang tuhan tadi).

jalur pengiriman.

---

si subjek meletakkan langsung sebuah pesan di awan. dan dengan seenaknya (bener2 seenaknya) gw istilahkan sebagai 'pelayanan awan', cloud service, atau mungkin dalam konteks informasi, lebih banyak dikenal orang sebagai web service.

pesan yang diletakkan itu adalah sebuah representasi dari apa yang disampaikan oleh subjek. Representational State Transfer, enaknya sih kita singkat aja sebagai REST.

bisa aja pesan itu berupa sekumpulan data request, dalam format tertentu. langsung dikirimkan oleh user melalui protokol HTTP ke alamat (url) tertentu yang terhubung dengan internet. kenapa HTTP? karena hampir semua komputer sekarang memiliki webbrowser, dan semua webbrowser bisa mengolah informasi yang dikirim melalui protokol HTTP.

sesuatu bertugas mengubah data-data yang terkirim tadi ke dalam format xml. kenapa xml? karena xml itu udah jadi sebuah standar bersama mengenai bentuk kemasan data, tujuannya untuk mempermudah pengiriman data antar device.

lalu ada sebuah object yang kita buat untuk mengambil data dari cloud tadi, asiknya sih kita sebut sebagai 'requestClient'. nah si requestClient ini ngambil data berformat xml tadi dan memasukkan nilai2nya ke dalam atribut objek tertentu. object ini kemudian dikirim ke sebuah class lain untuk diproses, dan mengembalikan data-data ke dalam object lain sebagai response.

object requestClient mengambil lagi object response tadi dan mengirimkannya ke webservice untuk response. di sini bisa kita sebut bahwa object requestClient bertindak sebagai 'malaikat dari singgasana ilahi'..

kemudian kita buat sebuah object, misalnya namanya 'responseClient' yang tugasnya adalah ngambil data dari url response tadi dan mengirimkannya kembali ke user. karena kita ga tau pasti si user nge-request dan minta responsenya dalam device apa, asiknya sih kita buat dulu sebuah class 'Adapter' yang tugasnya utk nyesuaiin bahasa/format yang diinginkan oleh user. dan di sini bisa kita anggep Adapter adalah 'jelmaan malaikat yang menerjemahkan bahasa ilahi kepada kita'..

hmm
apaan tuh?

---

jadi ada framework, namanya RESTLet. dia bisa dipake untuk bikin web service tanpa menggunakan SOAP (simple object access protocol). kalo pake SOAP,  ruginya: interoperabilitasnya lebih rendah.

dengan pake sistem REST, interoperabilitas lebih tinggi karena bisa diakses dengan apa aja, selama pengirimannya lewat protocol HTTP. tapi kayanya sih bakal lebih rumit utk ngurusin securitynya (ga tau juga sih, gw belom nyobain securitynya).

dalam RESTLet, web service dinyatakan sebagai sebuah 'resource' dari objek yang mau disimpen di alamat (url) tertentu. dan resource ini diarahkan oleh sebuah terminal/router. dan karena ini adalah aplikasi server, maka pastinja mesti didaptarin tuh terminalnya di web.xml.

---

seandainya bayangan tentang komunikasi antara manusia-malaikat-tuhan emang gitu adanya,
dan seandainya komunikasi make internet sebagai toolnya,
mungkin RESTLet adalah salah satu framework yang bisa digunakan untuk jalur pengiriman informasi(doa/jawaban)nya..

baca selengkapnya..






-------------------------------------------------------------------------------------

garis lurus

nemu tulisan lama di skecth book :D

dimana pernah ada garis lurus
atau apakah sebenar-benarnya gars lurus itu
bukankah dia adalah rataan dari tiap gejolak
dalam sekumpulan data
yang batasnya ditentukan sendiri
sesuai kepentingan kesatuan ego?

maka marilah kita nyatakan
bahwa garis lurus adalah bentukan ego

sehingga sampai lah kita pada sebuah pertanyaan sederhana
apakah sebenar-benarnya ego itu?
dan kenapa ego itu merasa perlu
untuk mengklaim eksistensi sepenggal garis lurus?

ego dipandang dan nyata dalam sebuah keniscayaan
sama halnya dengan seluruh elemen ketuhanan lainnya
dan dengan keegoisan sang ego, menggambar dan membentuk sebuah garis lurus
sebagai landasan untuk kembali pada bentuk umumnya atas nama tuhan
menjelang dan menjemput kodrat abadinya untuk berpindah, dan
mengembalikan kedaulatan ego kepada energi yang menjadi alasan eksistensinya

lalu kita akan kembali bertanya
jika demikian alasan adanya garis lurus,
dan jika demikian definisi garis lurus,
bagaimana posisi garis lurus terhadap osilasi perilaku sang ego?

osilasi kemudian garis lurus kah?
garis lurus kemudian osilasi kah?
atau bagaimana?

kembali diajukan pertanyaan sederhana,
apakah semua ego adalah sama adanya?

jika tidak,
mari kita biarkan tiap ego menentukan sendiri aturan garis lurusnya
dan biarkan masing-masing mendefinisikannya sendiri

karena pada dasarnya
garis lurus itu adalah rataan dari tiap gejolak
dari ego yang mengalaminya

ditulis di cabe rawit ciumbuleuit, 1 februari 2010

baca selengkapnya..






-------------------------------------------------------------------------------------