tanah

Rabu, 25 Juni 2008
dari pertama aku lihat dunia
aku langsung sadar, bahwa semua hal
akan terjatuh kepadaku
semua hal..
SEMUA HAL!!
tai yang terlempar dari pembuangan binatang,
kencing yang tercucur sampai akhirnya menggenang,
ludah dari hewan-hewan yang dipenuhi nafsu

dan ada saatnya aku muak dengan itu semua,
dan ketika saat itu tiba
kubentakkan semua gelegak yang telah lamaku pikir dan rasakan
kuteriakkan pada mereka

"hoi hewan-hewan keparat, tidak cukup kalian injak-injak aku,
sekalian juga kalian beraki aku, kencingi aku, ludahi aku.
tapi seperti biasanya,aku hanya mempertanyakan
saat kalian melakukan itu semua terhadapku,
apakah kalian lupa,
apakah kalian tidak sadar bahwa kalian bermula dari aku
dan berakhir menjadi aku,
seperti halnya aku adalah mahluk seperti kalian
pada generasi sebelum kalian..."

ketika itu juga mereka menangis,
mereka berkeringat..
dan air mata dan keringat mereka juga berlelehan
membanjiri aku..
percaya kan, semua hal akan terjatuh padaku..

aku sendiri hanyalah sebutir partikel
yang bahkan aku sendiri tidak tau ukuranku,
tapi aku selalu berkumpul dengan mahluk-mahluk seperti aku
sehingga kumpulan dari sebutir demi sebutir "aku" menjadi satu
dan menyebut dirinya AKU,
dan hewan-hewan keparat itu menyebut AKU sebagai tanah..

dasar hewan-hewan keparat yang bodoh;
kalian berbeda karena nalar,
tapi aku lihat kalian sebagai
"hewan-keparat-bodoh-yang-berharap-memiliki-nalar"
kalian bahkan tidak sadar,
setelah kalian memperlakukanku sedemikian rupa,
kalian berpijak kepadaku dengan kepala kalian,
sehingga mata kalian tepat berada pda ludah yang kalian lepehkan,
hidung kalian tepat berada pada kencing yang kalian cucurkan,
dan mulut kalian,
tepat berada pada tai yang kalian lemparkan dari pembuangan kalian sendiri...

aku cuma seonggok tanah,
tapi aku lihat kalian dengan jelas,
aku tidak mengecam kalian,
tapi aku mempertanyakan:

"hoi manusia, yakinkah kalian,
bahwa kalian bukan sekedar hewan-keparat-bodoh-yang-berharap-memiliki-nalar????"



karang tumaritis 200408
bergas bimo branarto

baca selengkapnya..






-------------------------------------------------------------------------------------

kebebasan ber-agama

Selasa, 03 Juni 2008

Beberapa orang menyatakan “ngapain sih ngomongin agama? yang penting implementasinya dalam kehidupan…”. Hidup ini terlalu singkat untuk terus mempertanyakan kenapa begini dan kenapa begitu. Ngapain juga mikirin kenapa ada orang yang memerlukan agama, kenapa ada orang lain yang dapat melangsungkan hidupnya tanpa agama, jalanin aja tanpa saling mengganggu.. Yah, agama memang ditujukan untuk memperoleh ketenangan individu dan ketenangan tersebut diharapkan akan memicu tumbuhnya kedamaian dan toleransi dalam kehidupan sosial antar individu.


Tiap individu akan memiliki pandangannya sendiri dalam memaknai agama. Ada yang menikmati agama, ada juga yang tidak dapat menikmati agama. Ada yang menganggap agama itu penting, ada yang tidak membutuhkan agama. Banyak perbedaan mendasar yang disebabkan oleh perbedaan pandangan manusia dalam memaknai kebenaran. Kebenaran dihasilkan dari pemikiran yang rasional. Rasionalitas tiap orang jelas berbeda. Berarti kebenaran tiap orang juga akan berbeda.


Dalam kebutuhan akan agama pun, bisa banyak implementasinya. Ada orang yang merasa cukup hanya dengan menikmati dan menjalankan konsekuensi dari agama itu, ada yang menikmati dan lalu menyebarluaskan agama itu kepada lingkungan terdekatnya, dan ada juga yang akhirnya menjual agama demi keuntungan pribadinya. Kembali lagi, itu semua didasari tentang makna kebenaran dan kebutuhan tiap-tiap orang terhadap agama, tidak ada salah dan tidak ada benar yang mutlak keberadaannya.


Fenomena penjualan agama terus menjadi kegiatan ekonomi yang marak. Walaupun telah banyak oknum-oknum yang tertangkap, dengan berbagai metode yang terselubung, tapi masih banyak saja pihak-pihak yang terus menjalankan kegiatan ini. Tidak salah kalau ada penjualan agama, karena pembeli agama masih berkeliaran dimana-mana. Ada penjual, maka ada pembeli, ada pembeli maka ada penjual.

Kenapa tidak ditindak? Hahaha, klo soal ini saya malah akan bertanya balik, siapa yang harus menindak? Mungkin bahkan para penjual agama ini berkomplot dengan penegak hukum, so siapa yang bisa menindak mereka kalau begitu kejadiannya. Melihat hal ini, ada orang yang akhirnya bertanya, kemana perginya moral bangsa kita? Dan kembali saya akan balik bertanya, apa itu moral dan bagaimana jika kondisi memaksa kita untuk memberi makan diri sendiri dan keluarga dengan mengorbankan moral untuk mendapatkannya?


Biarkan saja orang-orang menjual agama, toh mereka menjual itu karena ada pembelinya.. Jangan juga kita menyalahkan para pembelinya, karena mereka memiliki alasan tersendiri untuk itu. Mereka memiliki kebenaran mereka sendiri, seperti halnya kita juga memiliki kebenaran kita sendiri. Segala perbedaan tentu bisa ditangani dengan adanya toleransi, asal tidak saling mengganggu ya biarin aja lah..

Terus mengejar para penjual agama hanya akan memahalkan harga agama, tapi tidak akan mengurangi jumlah pembelinya.. kenapa penjualan agama tidak dilegalkan saja, toh pembeli selalu ada dan peminatnya juga terus bertambah, hal itu kan bisa meningkatkan devisa.. berikan aja pajak dalam pembelian agama, yang akan tertolong adalah seluruh masyarakat indonesia (jika penanganan pajak sesuai dengan prosedur hukum).


Saya sendiri semakin merindukan agama yang bebas. Saya sangat mendambakan adanya toleransi yang tinggi antar individu. Saya sangat mengharapkan saat agama tidak lagi dipermasalahkan. Saya senang sekali jika setiap orang bisa mendapatkan apa pun yang mereka butuhkan. Saya akan mencintai kondisi dimana tiap kebutuhan individu tidak mengganggu kebutuhan individu lainnya. Saya ingin sekali adanya ikatan yang lebih dari sekedar pro/kontra-agama, tetapi pada ikatan kita semua adalah manusia yang memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Intinya, ada pada toleransi, itulah yang diinginkan oleh para penganut agama.


Hidupkan kebebasan ber-agama!!!

Nb: agama = Alkohol GAnja MAsrum


DAMAIroom Sociotech ‘n Art, 3 juni 2008
Bergas Bimo Branarto


baca selengkapnya..






-------------------------------------------------------------------------------------

penjernihan

Dua jam duduk diem, ngeliatin monitor, tangan di atas keyboard.. headset kepasang di kuping sambil dengerin suara dengan frekuensi tinggi, samar2 kedengeran background music dari speaker yang nyambung ke tape yang disambungkan dengan speaker yang tersambung dengan computer…

Tangan kiri megang rokok yang terus-terusan ngepul, sambil kadang-kadang ngangkat gelas kopi yang gw taro di kiri gw.. ngisep rokok, hembusin separo trus masukin kopi ke mulut, tahan bentar trus nelen kopinya trus ngeluarin sisa asep rokok yg kesisa di mulut dan paru-paru…

Mata ngeliat kosong ke layar monitor yang nampilin layar putih kosong, sinar mata redup, kelopak mata Cuma kebuka setengah, kadang bola mata pindah ngeliatin dua ekor monyet yang nangkring di atas monitor, trus balik lagi ngeliatin layar putih kosong…

Dua jam…

Berusaha menjernihkan pikiran, ndengerin frekuensi tinggi yang ngoceh mengalun minta didebat, dan terus berusaha nanggepin frekuensi tinggi itu, dengan frekuensi rendah yang tersumbat jadi terdengar berat, dengan pikiran jernih.. terus berusaha nyari tanggepan tentang cita-cita, idealism, konsekuensi, pilihan, kebodohan, kecerdasan, kesalahan sambil terus menebak kebenarannya, sebuah hubungan, sebuah keluarga, kebiasaan-kebiasaan, karakter, waktu, kegiatan, pengalaman, pendidikan, cinta, emosi, blablabla…

Dua jam menjadi mayat hidup yang mengiringi alunan celoteh tanpa sadar, tanpa rasa.. kepulan asep rokok jadi temen setia, tegukan kopi (yang sekarang udah abis) jadi sahabat, santunan music jadi keluarga… pancaran dingin terus menerus keluar dari permukaan, entah tiada panas atau yang mengerikan adalah panas itu tersembunyi rapat di dalam bergejolak dalam diamnya dan menanti saat yang tepat untuk meletup, membakar, menghanguskan, dan menyepelekan kehangatan yang seharusnya tersembur…

Dan masih dalam diam, diludahkan lah ekspresi-ekspresi datar yang dinyatakan orang sebagai tanpa ekspresi, mencabik perlahan layar kosong yang mulai terisi sebagian, masih tanpa rasa, masih tanpa nyawa.. atau justru sangat bernyawa, entah.. setan pun ga peduli dengan itu semua…

Entah apa itu nyawa, entah apa itu jiwa, entah apa itu setan, entah apa itu semua… aku terus diam disini tanpa berkedip dejak beberapa jam yang lalu menatapi layar yang menggores pelan-pelan menyakitkan membutakan perlahan..

Tangan kanan masih diatas keyboard, tangan kiri mulai memegang benda kesayangan yang selalu dijaga dengan baik, perut mulai berontak minta diisi, otak mulai meratap minta digunakan, telinga mulai teriak minta dipekerjakan, kaki menggelepar minta menjejak, tangan gelisah minta ketikan terus berjalan…

Yah, itu semua ragaku… entah dimana jiwaku sekarang… mungkin memang sudah mati dimakan waktu, minta diistirahatkan sejenak dari kerumunan waktu yang terus bergerak dengan iramanya yang tak diketahui dengan pasti.. yah disini aku duduk diam tanpa bicara, hanya diam menatapi waktu yang selalu mengancam…


DAMAIroom Sociotech ‘n Art, 7 April 2008

Bergas bimo branarto

baca selengkapnya..






-------------------------------------------------------------------------------------

perubahan

Segala hal pasti akan berubah, entah tambah baik atau tambah buruk, tapi pasti berubah. Mungkin karena itu juga akhirnya kita suka susah menentukan mana yang baik dan mana yang buruk…

ga jelas yah?

Kalo ngobrol sama orang2 tua (kira2 seumuran ma bokap nyokap kita lah), sering banget mereka bilang klo kita ga tau esensi dari segala sesuatu, kita terlalu berpegang sama peralatan. Misalnya, kita sering ngomong “ah, gimana gw bisa bikin lagu, gitar gw senar 4-nya putus..”. mungkin si ortu2 itu akan komentar, “yaelah, bikin lagu tuh bukan pake gitar 6 senar, tapi pake kreatifitas!”.

(sebenernya gw baru kesepet sih sama lagunya hari rusli yg judulnya gitar satu senar)

Lagu itu cerita tentang betapa dengan gitar satu senar juga ternyata kita bisa bikin lagu yang “mengena di hati” dan satu senar gitar juga masih bisa mainin banyak nada. Intinya dalam hal itu adalah kreatifitas dan menggunakan apa pun yang ada tanpa mengeluh. Mengingatkan kembali akan esensi dari sebuah lagu.

Masalahnya adalah, klo jaman dulu, lagu emang lebih sering dipake sebagai sarana propaganda atau sarana menyampaikan perasaan dengan kata2. Pada jaman itu, lagu2 yang ada emang liriknya “dalem” dibandingin sama lagu2 yang kebanyakan ada sekarang. Emang yang dijual tuh beda, kalo jaman dulu menjual lirik-musik, kalo sekarang lebih menjual musik-lirik. Yang lebih diutamakan adalah musiknya. Salah satu tandanya adalah betapa musik “dugem” sekarang digemari. (dalam tiap jaman ga mungkin Cuma ada satu music yg digemari, pasti ada komunitas2 pecinta music tertentu, tapi disini kita ngeliat dari sudut pandang mainstream).

Dan dalam sudut pandang music (bukan lirik), hilangnya satu senar dalam gitar bisa cukup berpengaruh, dan dalam sudut pandang ini maka komentar orang tua yang bilang “bikin lagu tuh bukan pake 6 senar, tapi kreatifitas” jadi mentah. Bener sih, kita emang masih bisa mainin nada yg ada di (anggeplah) senar 4 dengan mainin senar 3 atau senar 5, tapi ga bisa dipungkiri kadang kaya gitu emang bikin ribet. Hal ini nunjukin bahwa sesuatu hal yang pada jaman dulu bukan hal esensial, ternyata untuk masa sekarang hal itu bisa jadi esensial.

Memang ada perubahan.

Beberapa kali juga terjadi bahwa kita menganggap generasi dibawah kita tidak tau esensi dari suatu hal. Yah, klo diliat2 lagi, mungkin itu sebenernya masalah yang sama dengan saat ortu kita ngeliat kita. Saat kita ngomentarin orang yang beda generasi dengan kita bahwa mereka tidak esensial, mungkin ternyata malah kita sendiri yang kurang melihat esensi dari sebuah perubahan.

Teknologi berubah, kehidupan (atau peradaban) pasti berubah, perilaku masyarakat ikut berubah, maka kultur (atau budaya) juga ikut berubah. Tiap generasi pasti punya esensi masing2, tetapi ada hal yang lebih umum lagi dan berlaku untuk seluruh generasi, yaitu sebuah esensi bahwa perubahan pasti terjadi, dan tidak ada salah/benar yang berlaku universal saat kita bicara tentang perubahan.


DAMAIroom Sociotech ‘n Art, 180308

Bergas Bimo Branarto

baca selengkapnya..






-------------------------------------------------------------------------------------

antara harapan dan persiapan

Sekian lama malam udah jadi sahabat, awalnya gw emang kaya musuhan sama malam, tapi beberapa hari belakangan, kami akur banget… ga pernah ada masalah saat gw beraktivitas di wilayah kekuasaannya, justru saat ini pagi lah yang suka jadi masalah (masalah yang sama dgn 2-3 taun lalu).

Hmmm, masalah datang dan pergi, bisa ditebak juga sih kapan mereka akan datang/pergi. Dan hal apa yang mereka bawa sampai gangguan apa yang akan mereka kasih ke gw juga bisa ditebak sebenernya. Semua pikiran2 tentang itu juga datang dan pergi, datang ga dijemput, pergi saat diusir. Sebenernya gw bersyukur udah dikasih “penglihatan” tentang kemungkinan apa yang akan terjadi itu, jadi gw bisa siap2 dengan berbagai langkah pencegahan atau langkah untuk ngatasin itu nantinya, tapi kadang gw ngerasa capek dengan itu smua dan akibatnya gw usir aja deh tuh pikiran2 kaya begitu.

Terlalu sering ngusir mereka bikin gw jadi “polos” atau “kosong”. Lama2 dengan sendirinya pikiran2 itu ga datang lagi ke gw, kaya klo ada orang yang sering main ke tempat lu trus menurut lu orang itu mengganggu dan akhirnya sering lu usir, lama2 ga dateng2 lagi. Akibatnya, gw jadi ngerasa ga punya pegangan, ga punya persiapan, selalu terlambat untuk mulai, intinya jadi goblok banget lah.

Hei kawan, yang telah lama hilang, ayolah main lagi kesini, gw kangen juga euy ternyata sama lu, kangen cara lu nyekokin gw dengan gambaran2 yang (seringnya) negative sehingga gw selalu siap dengan berbagai kondisi terburuk. Positif thinking berarti harapan, negative thinking berarti persiapan. Hal2 itu akhirnya akan membentuk karakter gw antara 2 hal tadi. Yang jelas dua2nya bagus, tinggal selanjutnya adalah pilihan, yg mana yg akan gw pilih. Mungkin gw lebih cenderung utk milih yang kedua lebih dominan. Kayanya lebih aman utk jadi orang yang selalu siap daripada orang yang lebih banyak berharap. Yah sekali lagi, itu menurut gw.

DAMAIroom Sociotech ‘n Art, 180308
Bergas Bimo Branarto

baca selengkapnya..






-------------------------------------------------------------------------------------